Senin 25 May 2020 20:34 WIB

Pentingnya Memahami Anak yang Nakal

Balita berusaha melakukan sesuatu sesuai keinginannya sendiri.

Anak nakal/ilustrasi
Foto: myjerichochristianacademy.org
Anak nakal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Pendidik anak-anak usia dini, Janet Lansbury, mempunyai saran untuk menghadapi anak-anak yang menunjukkan perasaan kuatnya dengan berteriak, menjerit, atau menangis. Ia menyarankan orang tua untuk membiarkan perasaan itu tanpa bertindak atau menghukum si anak.

Kebutuhan perkembangan untuk banyak bergerak "Duduk tenang'', ''Jangan mengejar- ngejar adik keliling meja'', ''Jangan main pedang-pedangan pakai potongan kayu itu'', ''Jangan meloncat-loncat di sofa!''

Anak-anak memiliki kebutuhan perkembangan dengan begitu banyak gerakan. Mereka memiliki kebutuhan luar biasa untuk menghabiskan waktu di luar, naik sepeda, skuter, main tarik-tarikan, merang kak di bawah sesuatu, berayun-ayun, melompati benda, dan balapan mengejar sesuatu.

Ketimbang meneriaki anak 'nakal' ketika mereka tengah berlimpah energi, ayah bunda lebih baik mengajak mereka bermain di taman bermain atau berjalan- jalan keliling sekitar pemukiman.

Psikolog Erik Erikson mengatakan, balita berusaha melakukan sesuatu sesuai keinginannya sendiri. Meski pun ketika anak memetik tomat saat masih hijau, memotong sendiri rambutnya, mem buat tenda dengan seprai baru dicuci, mem buat kesal, mereka melakukan apa yang seharusnya dilakukan yaitu berusaha meng eksekusi rencana sendiri, membuat kepu tus an, dan menjadi manusia kecil yang mandiri.

Jangan lupa, kita semua memiliki inti kekuatan yang juga bisa membuat kita tersandung. Mungkin kita intuitif dan sensitif, tapi menjadikan diri mudah menyerap suasana hati negatif orang lain. Anak-anak begitu pula.

Saat bersekolah, anak bisa jadi dalam kondisi aman, tetapi resisten pada kegiatan baru. Misalnya, ia menolak latihan bisbol.

Mereka berada di dalam kondisi sekarang, tapi tidak terorganisasi dengan baik. Mengenal ketika anak melakukan perilaku yang tidak menyenangkan sebenarnya bisa membantu kita bertindak lebih penuh pemahaman terhadap si kecil.

Selain itu, kebutuhan tinggi untuk bermain. Si kecil melukis wajahnya dengan yogurt, ingin Anda mengejar dan menangkapnya ketika Anda sedang berusaha menyikat giginya, atau memakai sepatu ayah, bukannya sepatunya sendiri ketika Anda sedang akan membuka pintu. Anak-anak suka bertingkah konyol.

Mereka gembira dalam tawa bersama dan menyukai unsur-unsur baru, kejutan, dan kegembiraan. Bermain sering menyita waktu dan mengambil agenda ayah dan bunda, yang akan terlihat sebagai perilaku nakal dan penuh perlawanan. Ketika ayah bunda menyediakan waktu bermain sehari-hari, anak tak perlu memintanya dengan susah payah.

sumber : psychology today
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement