REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi digital yang begitu cepat telah memengaruhi dan mengubah hampir segala aspek kehidupan manusia. Bukan hanya dalam hal pengembangan perangkat maupun sistem untuk menjalankan transformasi digital, tapi juga sumber daya manusia.
Dukungan perangkat cerdas dan teknologi konektivitas berkecepatan tinggi telah membuka peluang pekerjaan yang bersifat fleksibel, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang bisa dilakukan jarak jauh ataupun yang bisa dilakukan di rumah. Hal ini memberikan kesempatan bagi perempuan yang selama ini kerap dihadapkan pada dua pilihan antara bekerja atau mengurus rumah tangga.
Kemajuan teknologi digital juga bisa menjadi alat bagi perempuan untuk lebih berpartisipasi dalam berbagai bidang sekaligus mempromosikan kesetaraan gender. Bagaimanapun, kesetaraan gender masih menjadi isu penting dengan masih ditemukannya diskriminasi perempuan di berbagai lini kehidupan. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai belahan dunia.
Menurut Director of Government Affairs PT Huawei Tech Investment, Yenty Joman, kaum perempuan dapat menjadi pahlawan bagi siapa saja di era digital ini, selama mereka mendapat kesempatan yang sama dan didukung dengan tools yang tepat dalam berkarya.
“Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dunia usaha terhadap perempuan untuk bekerja dan mengembangkan diri menjadi faktor penting,” ujarnya dalam acara Workshop and Sharing Session InspiraShe, Empowering Woman to Innovate, Inpspiring Women in 4.0 Era, yang diselenggarakan Republika dan Huawei, Rabu (20/5).
Faktor berikutnya adalah tools yang dapat mendukung perempuan makin berdaya dan lebih berpartisipasi dalam segala bidang. Salah satunya adalah TIK. Perkembangan teknologi komunikasi yang ditunjang oleh sistem jaringan dan konektivitas yang mumpuni telah memudahkan perempuan dalam melaksanakan pekerjaannya di rumah.
Selain itu, peningkatan aktivitas berbasis digital menyebabkan munculnya bentuk-bentuk pekerjaan teleworking, contohnya pekerja lepas, yang memungkinkan perempuan dapat menyelesaikan pekerjaan dari rumah sambil mengurus anak.
Perubahan perilaku transaksi masyarakat berbasis digital juga memungkinkan bentuk usaha yang tidak memerlukan tempat khusus, seperti misalnya penjualan secara daring yang tidak harus memiliki toko secara fisik, namun bisa dialihkan di rumah. Seiring dengan itu, banyak bermunculan perusahaan rintisan di bidang pelatihan maupun e-learning yang bisa meningkatkan kompetensi kaum perempuan.
“Dengan kemajuan teknologi komunikasi saat ini, perempuan bisa melakukan berbagai aktivitas, mulai dari mengerjakan tugas kantor, berjualan secara daring, menggerakan masyarakat maupun komunitas melalui media sosial, hingga mencari informasi soal gizi maupun pendidikan anak,” kata Yenty.