Jumat 24 Apr 2020 00:43 WIB

Ahli: Jangan Abaikan Gizi Anak Selama Pandemi Covid 19

Asupan yang bergizi akan meningkatkan imunitas anak dari virus Corona baru

Anak -anak bermain air di kolam Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Ngaglik, Sleman. Asupan yang bergizi akan meningkatkan imunitas anak dari virus Corona baru
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Anak -anak bermain air di kolam Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Ngaglik, Sleman. Asupan yang bergizi akan meningkatkan imunitas anak dari virus Corona baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Corona adalah cerita tersendiri tentang betapa pandemi telah mendorong dunia untuk memiliki kesetimbangan yang baru dan melihat semua persoalan dengan perspektif yang benar-benar berbeda. Kewaspadaan pada wabah yang semula hanya mendatangkan dampak berupa krisis di bidang kesehatan, kini bergeser menjadi multikrisis, termasuk menyasar kehidupan sosial dan ekonomi.

Maka kemudian kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan antisipasi mestinya bukan semata difokuskan pada satu dimensi, melainkan kompleks. Sebab, faktanya, dalam suasana apapun, jumlah kelompok usia rentan, termasuk khususnya balita di Indonesia, tetap harus menjadi perhatian khusus. Tercatat jumlah balita di Tanah Air mencapai 25 juta dengan angka kelahiran yang tinggi 4,5 juta dalam setahun.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr Kirana Pritasari MQIH telah menekankan kepada orang tua untuk semakin memperhatikan kebutuhan gizi anak pada saat pandemi COVID-19.

“Pemenuhan gizi anak harus tetap diperhatikan untuk menjaga imunitas anak agar terhindar dari infeksi virus COVID-19," ujar dr Kirana Pritasari MQIH. Ia menambahkan imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan makan anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi dan imunitasnya.

"Dengan asupan makan yang cukup, baik jumlah, jenis, dan frekuensinya, maka imunitas akan terjaga sehingga anak mampu menangkal penyakit infeksi, atau setidaknya bila telanjur terinfeksi maka dapat cepat sembuh kembali," ujar Kirana.

Menurut dia, anak yang tertular COVID-19 akan menjadi lebih berisiko, ketika anak memiliki penyakit penyerta, seperti pneumonia. Dengan demikian mempertahankan status gizi anak jangan sampai turun bagi yang normal, dan memperbaiki status gizi pada anak-anak gizi kurang dan buruk menjadi sangat penting, katanya.

 

Ancaman Gizi Buruk

COVID-19 yang pada perkembangannya menyertakan dampak berupa krisis multidimensi diprediksi akan memunculkan setidaknya 1 juta orang miskin baru di Tanah Air. Ini juga berarti ancaman tambahan bagi kesehatan anak dengan potensi gizi buruk dan stunting dimana-mana.

Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antarsemua komponen untuk saling bantu, termasuk dalam upaya menjaga pemenuhan gizi anak di masa pandemi.

Dirjen Kesmas Kemenkes KiranaPristasari pun menyadari bahwa keterbatasan penghasilan orang tua dapat memberikan efek domino yang menyebabkan penurunan daya beli.

"Bila tidak diimbangi dengan kemampuan ibu memilih dan memilah makanan bergizi sesuai kemampuan, dapat berdampak terhadap asupan makan anak yang mempengaruhi status gizinya," katanya.

Oleh karena itu, ia berpendapat ketersediaan pangan di rumah tangga dan pengetahuan orang tua terhadap pemilihan bahan makanan bergizi dengan harga yang terjangkau harus menjadi perhatian khusus.

Sementara Guru Besar FKUI Prof Damayanti R. Sjarif menekankan agar jangan sampai mengabaikan gizi anak di masa pandemi. “Kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang mereka harus dicukupi. Daya tahan tubuh mereka perlu dibantu dengan makanan bergizi, termasuk yang mengandung protein hewani, seperti susu,” katanya.

Menurut dia, pandemi ini hanya persoalan jangka pendek, namun menjaga tumbuh kembang anak merupakan tugas jangka panjang yang harus terus dilakukan agar persoalan gizi kurang dan gizi buruk tidak bertambah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement