Rabu 15 Apr 2020 08:56 WIB

Lockdown Ubah Pola Tidur Masyarakat India

Sebanyak 49 responden mengalami kesulitan tidur karena khawatir terhadap Covid-19.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Tidur (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Tidur (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19 memengaruhi kebiasaan tidur masyarakat India. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan Wakefit.co, sebanyak 49 responden memgalami kesulitan tidur karena memikirkan tentang wabah virus corona ini.

Kekhawatiran yang dimaksud meliputi keberlangsungan pekerjaan, pengelolaan keuangan, hingga keamanan keluarga dan teman-teman. Penelitian ini melibatkan 1.500 orang.

Perusahaan start up solusi tidur yang berpusat di Bengaluru, India, ini menemukan sekitar 67 persen orang di India banyak yang tidur di atas pukul 23.00 sejak periode lockdown. Lebih dari 81 persen responden percaya, jadwal tidur mereka akan lebih baik begitu lockdown berakhir. Sementara itu, 46 persen responden mengatakan tidur sebelum pukul 23.00 sebelum masa lockdown dan sekarang hanya 39 persen yang bisa tidur sebelum pukul 23.00.

Sekitar 25 persen responden biasanya baru masuk ke kamar pada pukul 00.00 selama masa lockdown dan 35 persen di antaranya sudah mulai tidur pada jam tersebut. Ini menunjukkan peningkatan 40 persen pada orang yang tidur sangat larut sejak lockdown.

Seorang manager pemasaran sebuah perusahaan multinasional, Aniket Singh (42 tahun), kaget. Ternyata, bekerja dari rumah justru lebih sulit baginya.

Ayah dari dua anaknya yang masih sekolah itu, hampir tidak memiliki waktu untuk bersantai. Hari-harinya dimulai dua jam lebih awal dibandingkan hari biasanya, ketika putranya yang berusia lima tahun harus membuatnya beranjak dari tempat tidur. Aniket harus membantu mengurusnya yaitu sekitar pukul 05.00.

Setelah itu, Aniket berjalan keluar dari rumah membawa kantong sampah untuk membuangnya ke tempat sampah terdekat. Dia harus melakukannya sebelum pukul 06.00 agar istrinya dapat bekerja di dapur yang bersih tanpa sampah.

Asisten rumah tangga (ART) mereka juga diminta berhenti bekerja sementara sampai situasi kembali normal. Sebelum mulai bekerja, dia membantu istrinya memberi makan kedua anaknya. Selama 20 hari melakukan pekerjaan rumah tangga, kantor, ditambah dengan kurang tidur, membuat Aniket cukup tertekan.

Psikolog konseling senior Shweta Singh mengatakan Aniket tidak sendirian merasakan itu. Sweta banyak mendapat panggilan dari orang-orang yang juga tak berdaya di bawah tekanan yang semakin besar ketika mengelola rumah dan pekerjaan kantor pada saat bersamaan. "Tanpa staf pendukung atau pelayan untuk membantu tugas-tugas, mereka seperti melakukan pekerjaan ganda pada saat yang sama," kata Shweta seperti dikutip dari Times of India, baru-baru ini.

Tidak mengherankan jika orang-orang tersebut sulit berkompromi dengan kedamaian mental maupun tidur mereka. Sweta menyebut, stres yang bersamaan dengan kurang tidur adalah masalah besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement