REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, mengapresiasi inisiatif warga yang secara mandiri melakukan disinfeksi. Tapi, dia merasa perlu meluruskan pemakaian disinfeksi yang banyak disemprot ke tubuh.
Di Kabupaten Sleman, banyak warga membuat bilik disinfeksi. Hal itu diwujudkan lewat lockdown atau karantina atau yang sebenarnya merupakan pengarusutamaan akses dan memasangnya di gapura-gapura atau gerbang-gerbang.
"Jenis disinfektan seperti larutan pemutih, larutan klorin, karbol atau lysol, pembersih lantai merupakan disinfektan yang direkomendasikan untuk mendisinfeksi permukaan barang atau benda mati, bukan untuk tubuh manusia," kata Joko, Sabtu (4/4).
Dia mengatakan membuat larutan disinfektan dengan cara mencampurkan berbagai jenis disinfektan berpotensi menimbulkan konsentrasi yang berlebihan. Hal itu akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia.
Joko menambahkan, WHO sendiri tidak menyarankan penggunaan alkohol dan klorin ke permukaan tubuh. Sebab, akan merusak pakaian dan membahayakan membran mukosa tubuh seperti mata dan mulut yang lantas bisa menimbulkan iritasi kulit.
Untuk itu, dia mengingatkan, solusi aman untuk pencegahan pemaran Covid-19 dengan cuci tangan memakai sabun dan air mengalir. Lalu, mandi, mengganti pakaian usai aktivitas dari luar dan lakukan physical distancing.
Di Kabupaten Sleman, salah satu lokasi yang tidak melakukan penyemprotan menggunakan disinfeksi ada di Griya Arga Permai, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping. Salah seorang warga, Probo Nurwanto mengungkapkan, mereka memakai air ozon.
"Spray di pos depan bagus untuk kulit, sistem yang diaplikasikan sama seperti spa ozon, selain membunuh bakteri dan virus," ujar Probo.
Meski begitu, belum ada penelitian lebih lanjut terkait fungsi dan reaksi air ozon yang dimaksud jika dilakukan penyemprotan ke permukaan tubuh manusia. Kementerian Kesehatan sendiri belum memberi rekomendasi cairan apa saja yang sebaiknya digunakan.