Ahad 08 Mar 2020 18:20 WIB

Coffee Mocktail, Tren Kopi Terkini dari Bandung

Kafe Smith menciptakan coffee mocktail agar beda dengan kafe lain.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Co-Founder Shoot Me In the Head (Smith) Muhammad Aga.
Foto: Antara
Co-Founder Shoot Me In the Head (Smith) Muhammad Aga.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kafe yang menjual kopi saat ini, terus menjamur di berbagai daerah. Penikmat kopi semakin banyak dan berasal dari berbagai kalangan maupun umur.

Namun, bisnis kopi sekarang mulai monoton dengan minimnya varian yang disajikan. Saat ini, banyak kafe yang hanya menjual produk es kopi susu karena paling mudah dinikmati dan dijual kepada pembeli.

Baca Juga

Di tengah persaingan kedai kopi untuk menjual es kopi susu, Shoot Me in The Head atau kopi Smith, berani beda dalam menyajikan racikan kopinya. Kedai kopi Smith yang baru memiliki outlet baru di Kota Bandung ini, memiliki varian coffee mocktail yang memberikan sensasi beda untuk para penikmat kopi.

"Bukan kita ingin berkompetisi dengan produk lain. Tapi kita ingin memberikan inovasi supaya bisa menginspirasi kedai kopi lain untuk ikut berkreasi juga," ujar salah satu Co-Founder Shoot Me In the Head (Smith) Muhammad Aga saat pembukaan cabang kedai kopi di Jalan Kemuning, kepada wartawan akhir pekan ini.

Aga mengatakan, saat ini es kopi susu memang masih menjadi produk paling cepat dijual. Fenomena ini sudah terjadi dalam beberapa tahun ke belakang.

Oleh karena itu, kedai kopi Smith ingin mencoba menyajikan varian produk kopi lain rasanya lebih bervariasi tapi cita rasa kopinya tidak hilang. Selain itu, dengan dibuat mocktail harga jual kopi pun lebih bagus dibandingkan ketika sebuah kedai bersaing dalam penjualan es kopi susu.

"Coffee mocktail ini akan jadi pintu masa depan. Saya harap ini jadi pintu masuk, inovasi next trend. Kan kami berangkat dari barista. Makanya mengolah kopinya harus inovatif," katanya.

Saat ini terdapat tujuh produk coffee mocktail yang dimiliki Smith. Varian tersebut adalah Bring It Back, Count Camilo, Nowhere Boy, Coffe Sour, Twist and Shout, Hello Sunshine, dan Jhonny Be Good.

Aga menuturkan, produk mocktail yang dimiliki sebenarnya terinspirasi dari cocktail. Yakni, para bartender menyajikan minuman dengan sangat cantik. Jadi, selain rasa, penampilan minuman pun dibuat semenarik mungkin.

photo
Salah satu coffee mocktail kreasi Shoot Me In The Head Bandung. - (Republika/Arie Lukihardianti)

"Kalau untuk rasa kita ada yang menggunakan ekstrak buah-buahan, pakai sirup, atau infus dari berbagai macam bunga," kata Aga.

Selain itu, kata dia, kedai kopi Smith pun berupaya menyajikan minuman kopi yang diracik sehingga rasanya mirip dengan kopi dari Brasil, Ethiopia, atau negara lain yang punya rasa khas.

Dengan adanya produk coffe mocktail, kata dia, kedai kopi Smith mendesain bar seunik dan senyaman mungkin bagi konsumen yang langsung datang. Mereka bisa melihat langsung, bagaimana para barista menyajikan kopi yang dipesan.

Sementara menurut Co-Founder Smith yang lain, Cindy Herlin Marta, konsep dengan memperlihatkan bar di tengah kafe diharap bisa membuat para pembeli dan barista lebih akrab. Jadi, pembeli bisa berinteraksi langsung dan melihat bagaimana para barista menyajikan kopi yang mereka pesan.

"Kita bisa happy ketika datang. Bisa duduk-duduk di bar dan menjalin relasi. Ini yang ingin kita tekankan di mana ada komunikasi," kata Cindy.

Menurutnya, untuk menjaga agar konsep relasi antara pembeli dan pembuat kopi kian erat, kedai kopi Smith tidak menjual produk coffe mocktail dengan cara take away (beli secara daring). Namun, terdapat beberapa varian kopi lain yang tetap bisa dibeli melalui aplikasi lain yang sudah bekerja sama.

"Karena kita ingin open bar. Kita ingin coba ada pengalaman dari para customer (pembeli)," katanya.

Untuk harga, kata dia, produk mocktail dijual dengan nominal yang terjangkau. Saat ini seluruh produk mocktail dijual Rp 36 ribu. Shoot Me In the Head, kata dia, memang bukan nama baru untuk sebuah kedai kopi. Karena, kedai kopi yang dulunya bernama Smith ini terlebih dahulu berjualan di Jakarta dan punya dua kedai.

Menurut Cindy, Bandung menjadi pilihan karena pertumbuhan konsumsi kopi di kota ini cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Komunitas anak muda pecinta kopi di Bandung pun cukup banyak dan loyal terhadap minuman yang mereka suka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement