Kamis 27 Feb 2020 00:42 WIB

Pakar WHO: Virus Corona Cocok dengan Kriteria Disease X

Virus corona tipe baru, Covid-19, disebut pakar WHO cocok disebut Disease X.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi virus corona tipe baru, Covid-19, dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Covid-19 disebut pakar WHO cocok disebut Disease X.
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona tipe baru, Covid-19, dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Covid-19 disebut pakar WHO cocok disebut Disease X.

REPUBLIKA.CO.ID,  JENEWA — Virus corona tipe baru, Covid-19, telah menginfeksi lebih dari 80 ribu orang di seluruh dunia dan merenggut 2.700 jiwa dari 35 negara. Hampir 99 persen di antaranya terjadi di China daratan.

Dilansir Fox News, seorang ahli mengatakan bahwa virus corona jenis baru ini cocok dengan kriteria Disease X (Penyakit X). Istilah itu merupakan nama yang dipakai  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk penyakit misterius yang berpotensi mencapai tingkat epidemi internasional.

Baca Juga

"Disease X adalah istilah yang diciptakan oleh WHO," jelas Marion Koopmans yang merupakan anggota komite darurat WHO dan kepala viroscience di Erasmus University Medical Center di Rotterdam, Belanda.

Koopmans menjelaskan, setelah wabah Ebola merebak di Afrika Barat, evaluasi mendalam dilakukan untuk menguaknya. Cetak biru riset dan pengembangan untuk penyakit yang baru muncul pun dikembangkan.

Disease X akan menjadi prioritas untuk penelitian dan pengembangan dalam konteks darurat. Termasuk dalam daftar Penyakit X ialah Ebola, demam berdarah Krimea-Kongo (CCHF), penyakit infeksi virus Marburg, demam Lassa, MERS, SARS, Nipah dan penyakit henipaviral, Demam Rift Valley, dan Zika.

Menurut Koopmans, daftar yang dibuat WHO bertujuan memperingatkan dunia untuk mempersiapkan diri menghadapi penyakit-penyakit ini. Dalam definisi WHO, Disease X mewakili kesadaran bahwa epidemi internasional yang serius dapat disebabkan oleh patogen tak dikenal yang saat ini diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.

Cetak biru R&D, menurut Koopmans, secara eksplisit berupaya untuk membuat mungkin adanya persiapan R&D lintas sektoral yang relevan sejauh mungkin untuk 'Penyakit X' yang misterius. Dalam laporan di jurnal Cell yang terbit pekan lalu, Koopmans menyebut, Covid-19 sesuai dengan kategori Penyakit X.

Koopmans mengatakan, ini adalah pertama kalinya suatu penyakit atau infeksi virus yang memiliki kecocokan sangat mendekati dengan kriteria sejak blueprint dibuat pada 2016. Ia mengatakan, cetak biru semacam itu membantu WHO berpikir ke depan tentang kemungkinan ancaman yang mungkin terjadi, sehingga lebih siap menghadapi pandemi atau wabah yang meluas.

Keberadaan cetak biru juga membantu WHO mempersiapkan kebutuhan pendanaan dan cara-cara untuk mempercepat pengembangan vaksin. Meskipun WHO pada Senin telah menolak untuk menyebut Covid-19 sebagai pandemi, tak berarti kemungkinan menetapkannya sebagai Penyakit X menjadi sirna.

“Pandemi berarti ada sirkulasi global yang meluas. Penyakit yang tertera dalam cetak biru juga bisa menjadi penyakit dengan dampak besar di leval regional,” jelas Koopmans.

Wabah virus corona jenis baru telah membuat dilakukannya isolasi dan karantina secara besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia. Pemerintah China pertama kali melakukan isolasi di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei yang menjadi tempat Covid-19 pertama kali ditemukan, sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran.

Di kota, wilayah, dan negara lainnya, kedatangan orang-orang dari daerah yang terkena virus corona telah membuat mereka berada di bawah periode karantina selama 14 hari. Maskapai penerbangan juga telah menangguhkan rute langsung ke China.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, beberapa pekan terakhir telah tampak seberapa cepat virus baru itu dapat menyebar ke seluruh dunia. Ini menyebabkan ketakutan dan gangguan yang meluas.

Namun, dengan sejumlah negara baru melaporkan kasus virus corona, para ahli mengingatkan bahwa tidak setiap kasus mungkin berasal dari China. Banyak negara berbeda di dunia mungkin menjadi sumber infeksi Covid-19.

"Ini membuat jauh lebih sulit bagi satu negara untuk mendeteksi penyebaran virus corona,” ujar Mark Woolhouse, seorang profesor epidemiologi penyakit menular di Universitas Edinburgh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement