Oleh: dr Dito Anurogo MSc*
JAKARTA -- Serangan jantung penyebab tersering kematian orang dewasa berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini menyerang lebih dari 1,5 juta penduduk Amerika Serikat setiap tahun.
Pada 2018, kejadian penyakit kardiovaskuler di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar sekitar 1,5 persen (15 dari 1.000 orang) atau mencapai 2.784.064 penduduk. WHO menyebutkan 17 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit jantung.
Menurut Survei Pemeriksaan Nutrisi dan Kesehatan Nasional (NHANES) 2009-2012, prevalensi rerata AMI sekitar 2,8 persen dialami penduduk dewasa di Amerika Serikat yang berusia minimal 20 tahun.
Prevalensi AMI sekitar empat persen untuk pria usia 45-65 tahun dan 1,8 persen untuk perempuan usia 55-75. Sebagian pakar menyatakan tidak ada perbedaan jenis kelamin setelah usia 65 tahun. Di dunia kedokteran, serangan jantung disebut juga infark miokard akut (acute myocardial infarction atau AMI), trombosis koroner, atau oklusi koroner.
Serangan jantung pada manusia terjadi setiap 43 detik saat aliran darah pembawa oksigen ke otot jantung terganggu atau tersumbat. Sumbatan itu disebabkan timbunan kolesterol, lemak, atau substansi lain, lalu membentuk plak di pembuluh arteri koroner, penyuplai oksigen ke jantung.
Plak itu lama kelamaan pecah, lalu terbentuklah gumpalan. Aliran darah yang terganggu dapat merusak atau menghancurkan bagian otot jantung.
Penyebab lain serangan jantung adalah spasme arteri koroner (kejang pembuluh darah), emboli koroner (gumpalan di pembuluh darah), penyakit inflamasi arteri koroner (radang pembuluh darah), diseksi arteri koroner, peningkatan kekentalan (viskositas) darah, suplementasi kalsium (bukan asupan diet kalsium) yang memicu kalsifikasi vaskuler.
Tanda-tanda
Menurut American Heart Association, tanda-tanda peringatan serangan jantung yang umum dijumpai, antara lain rasa tidak nyaman atau nyeri dada (angina).
Umumnya, serangan jantung terjadi beberapa menit, berupa sensasi tidak nyaman di dada bagian tengah. Boleh jadi sensasi itu hilang dan kemudian dirasakan kembali. Rasa sakitnya seperti ditekan, diremas, perut penuh.
Ketidaknyamanan juga dirasakan penderita serangan jantung di semua anggota tubuh bagian atas. Gejala termasuk nyeri di beberapa organ tubuh, seperti rahang, leher, lengan atau bahu (satu sisi atau keduanya), punggung, atau perut.
Penderita juga merasakan nyeri atau sakit kepala, sesak. Sesak napas berlangsung tanpa atau dengan rasa tidak nyaman di dada. Dapat juga disertai keringat dingin, mual, atau muntah.
Gejala serangan jantung sedikit berbeda pada perempuan. Meskipun secara umum sama pada pria, nyeri dada tidaklah selalu dirasakan atau diperhatikan kaum hawa.
Perempuan seringkali membahasakan nyeri dada sebagai dada tertekan atau terikat. Realitanya, amatlah mungkin seseorang terkena serangan jantung tanpa disertai nyeri dada.
Sebagian kaum hawa menganggap serangan jantung tidak berbahaya. Seolah seperti gejala flu biasa, asam lambung, atau penuaan.
Faktanya, penyakit jantung merupakan pembunuh pertama perempuan di Amerika Serikat. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih mengutamakan keluarganya dibandingkan dengan dirinya sendiri atau memang ketakutan terdeteksi terkena serangan jantung.
Pada perempuan, serangan jantung dapat dikenali melalui gejala yang tidak terkait dengan nyeri dada. Misalnya sensasi tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di leher, rahang, bahu, punggung atas, perut, sesak napas, berkeringat dingin, mual atau muntah, nyeri lengan atau bahu (di satu atau kedua sisi), kepala seolah berputar atau pening, rasa lelah yang tidak biasa, dan gangguan pencernaan.
Bisa juga penderita terengah-engah, seperti berlari maraton, namun tidak dapat bergerak. Beberapa perempuan bahkan pingsan saat terkena serangan jantung.
Sebagian perempuan berpikir tanda-tanda serangan jantung itu harus jelas. Nyatanya, semua gejala ini umumnya tersamar dan tidak nyata sebagai nyeri dada yang terkait dengan serangan jantung.
Hal ini dikarenakan pada perempuan, sumbatan terjadi bukan hanya di pembuluh darah arteri utama melainkan juga di pembuluh darah kecil-kecil yang menyuplai darah ke jantung. Keadaan ini di dunia kedokteran disebut penyakit mikrovaskuler koroner.
Gejala serangan jantung seringkali dirasakan perempuan saat beristirahat atau tertidur. Stres dan emosi berperan sebagai pemicu gejala serangan jantung pada perempuan.
Penegakan diagnosis dilakukan dokter berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh American College of Cardiology atau European Society of Cardiology.
Pedoman tersebut mendeteksi keberadaan biomarker jantung, bukti pencitraan (imaging), dan identifikasi trombus intrakoroner melalui angiografi atau temuan otopsi patologis berupa AMI.
Beberapa biomarker jantung yang dapat digunakan untuk deteksi dan diagnosis AMI, antara lain transaminase aspartat, transaminase alanin, troponin I, troponin T, kreatin kinase (isoenzim CK-MB), laktat dehidrogenase.
Secara umum, dokter akan memberikan terapi obat (medikasi), angioplasti dan stenting, atau operasi bypass koroner kepada penderita penyakit jantung.
Lakukan tindakan resusitasi kardiopulmoner bila penderita dalam kondisi tidak sadar. Medikamentosa yang diresepkan dokter umumnya dari golongan statin, nitrogliserin, atau aspirin dosis rendah.
Mengingat aspirin dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan, dokter tidak merekomendasikan pemberian aspirin kepada perempuan yang sebelumnya tidak pernah terkena serangan jantung.
Pencegahan
Untuk mencegah serangan jantung, caranya mudah. Berhentilah merokok dan hindari terpapar asap (rokok, polusi, dan sebagainya). Mulailah berolahraga ringan. Caranya, berjalan kaki selama setengah jam setiap hari, minimal rutin dilakukan selama lima hari dalam seminggu, berpotensi menurunkan risiko terkena serangan jantung.
Alternatif lain, lakukan aktivitas aerobik sedang selama 150 menit minimal seminggu sekali, 75 menit aerobik dengan bersemangat minimal seminggu sekali.
Direkomendasikan pula untuk membagi pola bekerja menjadi sesi 10 menit dengan diselingi istirahat sejenak di antaranya.
Modifikasi diet. Maksudnya, mengombinasikan menu antara daging tidak berlemak, buah, sayuran. Diet rendah gula dan rendah garam. Hindari minuman beralkohol, lemak trans, atau tersaturasi
Mengendalikan faktor risiko serangan jantung, seperti obesitas, hipertensi, diabetes, stroke, kolesterol tinggi, penyakit peradangan (lupus, rematik artritis). Indeks massa tubuh (body mass index, BMI) minimal 25 dapat berisiko terkena penyakit jantung.
Di keseharian, ada strategi sederhana untuk mencegah serangan jantung. Caranya, lebih memilih naik tangga daripada lift (elevator), lebih memilih berjalan kaki atau naik sepeda daripada berkendara motor atau mobil, memilih tempat parkir yang agak jauh dari kantor agar dapat berjalan kaki, tidak menyediakan kue atau kudapan ringan di meja ruang kerja.
Bagi perempuan, perlu mengendalikan beberapa faktor risiko serangan jantung atau penyakit jantung. Misalnya, depresi, diabetes, stres mental, terpapar asap rokok, kurang beraktivitas (malas bergerak), komplikasi kehamilan, riwayat keluarga pernah menderita penyakit jantung.
Pada perempuan yang telah berhenti haid alias memasuki periode menopause, berisiko tinggi terjadi gangguan di pembuluh darah kecil. Hal ini dikarenakan penurunan kadar estrogen.
Dengan tatalaksana paripurna dan upaya pencegahan yang holistik dan komprehensif, didukung sinergi dan kolaborasi lintas sektoral dan multidisipliner, maka serangan jantung dapat teratasi dengan baik.
*) Dosen tetap FKIK Unismuh Makassar, inisiator Indonesia Menulis (Writenesia), Peraih ‘’Gadjah Mada Awards’’ 2015 kategori mahasiswa terinspiratif dan penulis terbaik, juara pertama “2013 World Young Doctors’ Organization (WYDO) Indonesia Essay Contest Award”, pengurus Asosiasi Sel Punca Indonesia, kontributor perumusan rancangan Permenkes Republik Indonesia No. 32 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Sel Punca dan/atau Sel, instruktur literasi baca-tulis tingkat nasional 2019, dokter literasi digital, penulis produktif berlisensi BNSP, kepala LP3AI ADPERTISI, pegiat FLP Makassar Sulawesi Selatan, Director networking IMA Chapter Makassar.