Selasa 25 Feb 2020 13:29 WIB

Upaya Mengontrol Tekanan Darah dengan Nebivolol

Penderita tekanan darah tinggi meningkat dari 8 persen menjadi 32 persen.

Untuk meningkatkan kesadaran terkait penanganan hipertensi, Menarini Indonesia merilis hasil penelitian BENEFIT, yang dilakukan bersama dengan sebuah tim peneliti. Hasil penelitian ini dirilis dalam sebuah acara media yang digelar bersama dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) di Jakarta, Senin (24/2).
Foto: Istimewa
Untuk meningkatkan kesadaran terkait penanganan hipertensi, Menarini Indonesia merilis hasil penelitian BENEFIT, yang dilakukan bersama dengan sebuah tim peneliti. Hasil penelitian ini dirilis dalam sebuah acara media yang digelar bersama dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) di Jakarta, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk meningkatkan kesadaran terkait penanganan hipertensi, Menarini Indonesia merilis hasil penelitian BENEFIT, yang dilakukan bersama dengan sebuah tim peneliti. Hasil penelitian ini dirilis dalam sebuah acara media yang digelar bersama dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) di Jakarta, Senin (24/2).

Ini adalah penelitian observasional nebivolol sesuai kondisi praktik dokter sehari-hari yang dilakukan terhadap 3.011 pasien hipertensi di Korea. Penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan nebivolol setiap hari efektif dan dapat membantu mengontrol tekanan darah dengan lebih baik.

Stroke, penyakit jantung dan penyakit ginjal memiliki faktor risiko yang sama–tekanan darah tinggi. Di dunia, satu dari empat orang dewasa memiliki hipertensi, dan jumlah penderita hipertensi di Asia Pasifik mencapai 65 persen dari total populasi dunia.

Lebih dari tiga perempat kenaikan prevalensi hipertensi di Asia disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan penuaan, serta pengaruh gaya hidup yang tidak sehat. WHO memperkirakan di Indonesia, persentase jumlah orang dewasa yang memiliki peningkatan tekanan darah meningkat dari 8 persen pada 1995 menjadi 32 persen pada 2008.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 memperlihatkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1 persen, yang mengindikasikan adanya peningkatan penyakit kronis ini di Indonesia. Penanganan hipertensi mengharuskan pasien menjalani pengobatan yang direkomendasikan, dan ini pada akhirnya akan bergantung pada efektivitas dan tolerabilitas obat yang digunakan.

Meski nebivolol sudah terbukti efektif untuk penanganan pasien hipertensi, penelitian BENEFIT menunjukkan hasil yang sama efektifnya sebagai penelitian yang pertama kalinya dilakukan pada pasien Asia dalam jumlah yang besar.

Selain itu, dibandingkan dengan penghambat beta (beta-blocker) generasi sebelumnya, nebivolol memiliki profil efek samping yang lebih baik, termasuk efek yang tidak diharapkan terkait fungsi seksual. Kedua sifat ini, yaitu tingkat efektivitas dan tolerabilitas, berperan penting agar pasien benar-benar mau mematuhi penanganan hipertensi yang dianjurkan.

“Penelitian ini dirilis di waktu yang tepat untuk membantu para dokter menangani pasien hipertensi di Indonesia,” kata dr. Erwinanto dari Perhi.

Professor and Chief of Cardiology, Division of Cardiology, Department of Internal Medicine, Hanyang University Seoul Hospital, Seoul, Korea, penulis pertama penelitian BENEFIT ini, Dr Jinho Shin mengatakan, penelitiannya juga menunjukkan efektivitas nebivolol dalam mengontrol tekanan darah terlepas dari usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh awal pasien. Efektivitas nebivolol terlihat pada pasien baru juga pada pasien rawat inap yang mengonsumsi nebivolol sebagai pengobatan tambahan ke dalam pengobatan antihipertensi yang sudah ada sebelumnya.

“Efek paling besar terlihat saat nebivolol diberikan sebagai pengobatan tunggal kepada pasien baru dan sebagai obat tambahan untuk pengobatan antihipertensi, yang meliputi penghambat renin-angiotensin system (RAS blocker), penghambat kanal kalsium (calcium channel blocker – CCB), serta kombinasi antara RAS blockers dan CCB. Beberapa penelitian telah memperlihatkan manfaat dari pengobatan kombinasi nebivolol dan RAS blockers, CCBs, dan diuretik dalam menurunkan tekanan darah,” kata Dr. Jinho Shin.

Reinhard Ehrenberger, Presiden Direktur, Menarini Indonesia, menambahkan, Menarini Indonesia berkomitmen melayani kebutuhan pasien di Asia yang masih belum terpenuhi saat ini dan di masa depan. Komitmen ini mencakup identifikasi dan pengembangan solusi inovatif terkait kesehatan, sambil terus mendukung penelitian baru.

“Dengan berbagi hasil penelitian BENEFIT ini kepada masyarakat luas, kami berharap bisa membantu para dokter di Indonesia dalam melayani pasien dengan memberikan mereka akses terhadap riset dan pengetahuan terbaru. Penelitian ini juga sejalan dengan panduan hipertensi ESC/ESH 2018 yang merekomendasikan penghambat beta dalam penanganan hipertensi,” kata Reinhard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement