Kamis 20 Feb 2020 12:13 WIB

Polusi Tingkatkan Risiko Endometriosis, Kok Bisa?

Polusi dapat meningkatkan risiko perempuan terkena endometriosis.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Nyeri haid. Endometriosis bisa memunculkan keluhan nyeri menstruasi pada perempuan.
Foto: ist
Nyeri haid. Endometriosis bisa memunculkan keluhan nyeri menstruasi pada perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar satu dari 10 perempuan menderita endometriosis. Kasus endometriosis juga lebih banyak ditemukan di daerah urban atau perkotaan. Peneliti menilai polusi lingkungan turut berkontribusi pada lebih tingginya kejadian endometriosis di perkotaan.

"Di depan kita banyak bis, mobil dan motor yang menggunakan bahan bakar fosil," ungkap spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrin, dan reproduksi dari RS Pondok Indah - Pondok Indah Dr dr Kanadi Sumapraja SpOG-KFER MSc, di Jakarta.

Baca Juga

Kanadi mengatakan, sisa pembakaran bahan bakar fosil ini akan melepaskan polutan ke lingkungan. Salah satu dari polutan tersebut dikenal sebagai dioksin.

"Salah satu polutan (dari pembakaran bahan bakar fosil) itu menjadi biang keladi endometriosis, yaitu dioksin," jelas Kanadi.

Kanadi mengatakan, dioksin memiliki struktur kimia yang sangat mirip dengan hormon perempuan, yaitu estrogen. Bila polutan ini terhirup, perempuan akan seperti mendapatkan estrogen ekstra.

Seperti diketahui, endometriosis merupakan penyakit yang sangat bergantung pada hormon estrogen. Kadar estrogen yang tinggi dinilai berkaitan dengan kejadian endometriosis, yakni suatu kondisi di mana ditemukannya lapisan dinding rahim (endometrium) ada di luar rahim. Pada kasus endometriosis, endometrium ini bisa ditemukan di indung telur hingga di rongga perut.

Endometriosis bisa terjadi karena darah menstruasi yang seharusnya keluar dari tubuh melalui liang senggama justru berbalik arah dan masuk ke dalam rongga perut. Kondisi ini dikenal sebagai menstruasi terbalik atau menstruasi retrograde.

Kanadi mengatakan, sekitar 70 persen perempuan mengalami menstruasi retrograde. Akan tetapi, dari 70 persen perempuan ini, hanya sekitar 10 persen yang pada akhirnya mengalami endometriosis.

"Di dalam rongga perut, Sang Pencipta telah mempersiapkan sistem pembersih. Tapi 10 persen dari perempuan yang mengalami menstruasi terbalik memiliki sistem pembersih yang tidak bekerja baik," jelas Kanadi.

Endometriosis bisa memunculkan keluhan nyeri menstruasi pada perempuan. Alasannya, endometrium yang berada di rongga perut juga mengalami perdarahan kecil layaknya menstruasi ketika perempuan penderita endometriosis datang bulan.

"Tentu ini menimbulkan rasa nyeri luar biasa, makanya timbul gejala-gejala nyeri menstruasi," tutur Kanadi.

Hanya saja, penyakit estrogen sering kali tidak langsung mendapatkan penanganan medis. Banyak kasus di mana endometriosis dibiarkan hingga tujuh tahun sebelum akhirnya mendapatkan terapi pengobatan.

Keterlambatan penanganan endometriosis bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada perempuan. Belum lagi kondisi ini juga dapat memicu terjadinya perlengketan yang di rongga perut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement