Rabu 12 Feb 2020 17:15 WIB

Ini Kenapa Masker tak Boleh Digunakan Terbalik

Sebagian orang menggunakan masker dengan cara yang salah.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Sebagian orang menggunakan masker dengan cara yang salah (Foto: ilustrasi pakai masker)
Foto: Pxhere
Sebagian orang menggunakan masker dengan cara yang salah (Foto: ilustrasi pakai masker)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan meningkatnya perhatian dan kewaspadaan terhadap wabah COVID-19, banyak orang yang mulai menggunakan masker saat berpergian. Sayangnya, sebagian orang menggunakan masker dengan cara yang salah akibat terpapar oleh informasi keliru atau hoaks.

Salah satu informasi keliru yang banyak dipercaya oleh masyarakat adalah menggunakan masker bedah secara terbalik. Berdasarkan informasi keliru yang beredar, orang-orang yang sakit dan orang-orang yang sehat harus menggunakan masker dengan posisi yang berbeda.

Baca Juga

"(Masker bedah) jangan dipakai terbalik," ungkap spesialis paru dari RS Persahabatan Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) saat menghadiri Road to Astindo Travel Fair 2020 yang akan digelar pada 21-23 Februari mendatang di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Penggunaan masker merupakan salah satu upaya yang efektif untuk mencegah penyakit menular yang disebarkan melalui droplet atau percikan air liur seperti infeksi COVID-19. Ada tiga jenis masker yang umum ditemukan yaitu masker N95, masker bedah dan masker katun.

Masker N95 lebih direkomendasikan untuk petugas kesehatan sedangkan masker katun atau masker yang terbuat dari kain tidak begitu efektif dalam mencegah penularan. Jenis masker yang paling direkomendasikan untuk masyarakat dalam mencegah penularan penyakit yang disebarkan melalui droplet adalah masker bedah.

Secara umum, masker bedah terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling dalam adalah lapisan berwarna putih, lapisan terluar adalah lapisan berwarna hijau atau warna lainnya dan di tengah-tengah keduanya ada lapisan penyaring.

Erlina mengatakan lapisan terluar yang umumnya berwarna hijau memiliki kemampuan tahan air atau waterproof. Cipratan droplet tidak akan menempel bila mengenai bagian ini.

Lapisan bagian tengah memiliki fungsi filtrasi atau fungsi penyaringan. Sedangkan lapisan bagian dalam masker bedah yang berwarna putih memiliki kemampuan menyerap. Bagian ini bisa menyerap droplet ketika pengguna masker berbicara, batuk hingga bersin.

"Kalau kita batuk atau bersin, ada virus atau kumannya, akan terserap di bagian putih," terang Erlina.

Erlina mengatakan penggunaan masker secara terbalik akan memunculkan beberapa kerugian. Salah satu di antaranya adalah rasa tidak nyaman. Erlina mencontohkan, bila seseorang menggunakan masker secara terbalik, cipratan atau droplet saat batuk dan bersin tidak akan bisa terserap oleh lapisan masker yang berwarna hijau sehingga menimbulkan rasa tak nyaman.

Tak hanya itu, penggunaan masker bedah secara terbalik juga akan membuat efektivitas perlindungan yang bisa diberikan oleh masker jadi berkurang. Alasannya, tiap fungsi lapisan masker tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

"Paling aman masker bedah, karena bagian luarnya (yang berwarna hijau atau warna lain) tahan air, jadi kalau terkena percikan pun tidak akan menempel," tutur Erlina.

Agar efek perlindungan masker bedah optimal, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan. Selain menggunakan masker bedah dalam posisi yang benar atau tidak terbalik, masker bedah juga perlu diganti setiap 2-4 jam karena efek proteksinya terbatas.

Setelah digunakan, buang masker di tempat yang sesuai agar tidak tersentuh orang lain. Selain itu, jangan lupa untuk selalu mencuci tangan setelah menyentuh dan membuka masker bedah yang sudah dipakai.

"Karena saat membuka pakai tangan, tangan kita bersentuhan (dengan masker yang mungkin sudah terkontaminasi virus atau bakteri), oleh sebab itu, setelah membuka masker perlu cuci tangan," tambah Erlina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement