REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi Prof dr Ari Fahrial Syam SpPD menyatakan, status kewaspadaan penyebaran infeksi virus corona tipe baru di Singapura bisa menjadi hal yang mencemaskan bahi warga negara Indonesia yang biasa melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke sana. Apalagi, jika mereka mempunyai penyakit kronis.
"Tentu mereka lebih berisiko untuk tertular infeksi virus corona," ujar dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini kepada Republika.co.id, Senin (10/2).
Status kewaspadaan di Singapura tersebut telah meningkat dari kuning menjadi oranye. Status ini, menurut Ari, satu tingkat di bawah status merah yang paling berbahaya.
"Masyarakat Indonesia yang akan berkunjung ke Singapura harus berpikir kembali saat ini," kata dokter spesialis penyakit dalam-konsultan gastroenterologi hepatologi ini.
Ari menjelaskan, kondisi oranye menunjukkan adanya gangguan sedang. Penyakitnya berat, menyebar dengan mudah, tetapi belum menyebar secara luas di Singapura.
"Perkembangan terakhir ini harus terus dicermati mengingat tingkat mobilisasi orang Indonesia dengan berbagai kepentingan cukup tinggi ke Singapura," ucap Ari.
Pemerintah Singapura menjadi yang pertama menolak warga China, termasuk warga asing yang dalam 14 hari sebelumnya pernah berkunjung ke Negeri Tirai Bambu, untuk masuk ke negaranya. Kondisi penyebaran virus korona yang memburuk ini juga diperkuat bahwa ada kasus-kasus baru yang terjadi di luar negeri. antara lain negara Perancis yang diduga penularan terjadi saat berada di Singapura.
Pemerintah Indonesia pun melalui menteri Luar Negeri sudah memberikan peringatan bagi WNI yang berada di Singapura. Laporan per tanggal 10 Februari 2020, jumlah kasus di Singapura terus meningkat sampai mencapai 43 orang.
"Tiga kasus baru di Singapura tidak ada riwayat perjalanan ke China," ungkap Ari.
Dari hasil evaluasi dari 43 kasus di Singapura, menurut Ari, sebanyak 51 persen berasal dari transmisi lokal. Enam orang yang positif dalam kondisi kritis, sementara enam orang boleh pulang dari RS karena dinyatakan sehat.
"Kasus yang tertular ada yang penjaja toko, guru, pemandu wisata, supir taksi, dan sekelompok orang yang tertular dari suatu konferensi di Hotel Grand Hyatt Singapura," ujar Ari.
Laporan ilmiah terakhir yang dipublikasi pada jurnal JAMA per tanggal 7 Februari 2020 mengungkap, dari 138 pasien yang di rawat di RS Zhongnan dari Wuhan University di Wuhan, ternyata 46,4 persen pasien yang dirawat mempunyai penyakit penyerta. Mereka selama ini mengidap hipertensi, penyakit jantung, strok, kanker, diabetes mellitus, gagal ginjal, dan ada yang mengidap HIV.
Selain itu, laporan dari JAMA juga menyebutkan bahwa dari 138 pasien tersebut pada 57 pasien tertular di rumah sakit, 40 pasien petugas kesehatan, dan 17 pasien yang sedang dirawat di rumah sakit tertular oleh infeksi. Rumah sakit telah menjadi tempat penularan virus dari laporan ilmiah ini.