REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Informasi tentang infeksi virus corona tipe baru semakin gencar diberitakan. Kini, sudah 636 orang di 27 negara menjadi korban keganasan virus yang awalnya ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China itu.
Sebelum virus tersebut menggemparkan banyak negara, sebelumnya juga terdapat virus yang tidak kalah ramai, seperti Ebola, flu unta (MERS), dan sindrom pernapasan akut parah (SARS). Semua virus tersebut adalah penyakit berbahaya yang mematikan, tetapi kepanikan yang menyebar luas tentang penyakit-penyakit ini mempengaruhi jutaan lainnya.
"Ini wajar jika bereaksi berlebihan terhadap stresor yang tidak dapat kita kendalikan. Dan sekarang ini berada di depan dan tengah kita, jadi harus melakukan evaluasi, apakah kita bisa mengendalikan stresor ini. Jika kita tidak berpikir untuk mengendalikannya, ini menyedihkan," kata E Scott Geller, seorang profesor psikologi terkemuka di Virginia Tech.
Namun, dilansir Health24, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan, risiko bagi orang Amerika untuk terkena wabah virus corona saat ini rendah. Sejauh ini, ada 12 orang yang dipastikan terinfeksi di Amerika Serikat, yakni di Negara Bagian Washington, Kalifornia, Arizona, dan Illinois.
Menurut CDC, dengan populasi 327 juta penduduk, sejauh ini ada 165 orang sedang menjalani masa observasi. Selain itu, menurut The New York Times, di China, dari lebih 1,3 miliar penduduk, ada sekitar 7.700 kasus yang terkonfirmasi terinfeksi virus corona tipe baru dengan 634 korban jiwa.
Menurut Geller, banyak orang yang merasa seperti mereka dapat mengendalikan ancaman lain. Dalam kehidupan sehari-hari, mengemudi berisiko menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar daripada virus corona bagi orang Amerika pada umumnya. Namun, orang tidak sering membicarakan atau memerhatikan risiko itu.
"Kami merasa memegang kendali. Kami berpikir, 'Itu tidak akan terjadi pada saya,'" kata Geller.
Selain kecelakaan lalu lintas, flu menjadi ancaman signifikan lainnya bagi orang Amerika. Menurut CDC, ada lebih dari 34 ribu kematian yang disebabkan oleh flu selama 2018-2019. Tahun sebelumnya, 61 ribu orang meninggal karena itu.
"Virus ini tampaknya berbeda dari flu. Sementara kita tahu flu mengancam anak-anak dan orang tua, kita bisa mendapatkan suntikan vaksin flu, tetapi tidak ada suntikan untuk virus ini,” kata Robin Gurwitch, seorang psikolog dari Duke University Medical Center di Durham, North Carolina.
Gurwitch mengatakan, orang tua yang anaknya tampaknya khawatir dengan informasi yang mereka dengar tentang virus ini corona sebaiknya mencari tahu sejauh apa pengetahuan buah hatinya. Kenali pula hal yang ditakuti mereka.
"Jujurlah dengan anak-anak. Jelaskan bahwa ini dimulai di China dan orang-orang bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa virus ini tidak menyebar di sini. Biarkan mereka tahu itu seperti flu yang sangat parah. Beri tahu mereka apa tindakan pencegahan yang dapat mereka ambil untuk tetap sehat. Kemudian tanyakan apa pendapat mereka tentang yang baru saja Anda jelaskan, sehingga Anda dapat memperbaiki kesalahan persepsi," kata Gurwitch.
Mengingat virus corona merupakan virus yang mirip dengan virus flu, Gurwitch merekomendasikan untuk memberikan pengetahuan pada anak-anak tentang prosedur pengendalian infeksi yang baik. Sampaikan cara-cara melindungi diri.
"Beri tahu apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi diri. Sering mencuci tangan atau gunakan pembersih berbasis alkohol. Tutup mulut ketika bersin dengan menutup ke lekukan siku. Jangan memegang mata, mulut atau hidung dengan tangan yang tak bersih," ujar Gurwitch.