REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Peneliti dari Inserm dan Universite de Paris telah mengembangkan vaksin bersama National Transfusion Institute di Paris untuk melindungi perempuan hamil dan anak-anak yang belum dari malaria. Hasil uji klinis awal menunjukkan vaksin dapat memberikan perlindungan yang efektif dan dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Hasil pertama dari uji klinis sekarang telah diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases. Proyek itu bertujuan untuk mengevaluasi kemanjuran vaksin selama periode 15 bulan dengan mengujinya pada 68 perempuan tdak hamil berusia 18 hingga 35 tahun di Paris, kemudian di National Malaria Research and Training Centre di Ouagadougou, Burkina Faso.
Peserta penelitian dibagi menjadi empat kelompok. Setiap pasien menerima vaksin pada dosis yang berbeda pada tiga kesempatan terpisah selama periode tiga bulan. Para perempuan kemudian diikuti selama 15 bulan untuk mengidentifikasi dan mengelola setiap kejadian buruk dan mempelajari respons imun terhadap vaksinasi.
Direktur Riset CNRS dan pemimpin proyek Benoit Gamain mengatakan para peneliti dapat menunjukkan vaksin ditoleransi dengan baik pada semua dosis yang diuji. Efek samping yang diamati terutama rasa sakit di tempat suntikan.
“Kami juga mengungkapkan jumlah antibodi yang dihasilkan oleh vaksi meningkat setelah setiap vaksinasi dan mereka bertahan selama beberapa bulan. Karena itu, tampaknya vaksin ini memiliki kapasitas untuk memicu respons kekebalan yang langgeng dan berpotensi melindungi,” kata Gamain dalam siaran pers, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Jumat (7/2).
Dalam studi tersebut, para peneliti mengonfirmasi kemampuan vaksin untuk menghasilkan respons kekebalan dengan produksi antibodi pada 100 persen wanita yang divaksin setelah hanya dua suntikan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji klinis lebih lanjut untuk mengevalusi respons kekebalan vaksin dan efektibitas perlindungan yang diberikan dalam jangka panjang.
Para ilmuwan juga berencana untuk mengikuti 50 perempuan di Burkina Faso yang berpartisipasi dalam penelitian ini untuk melihat apakah cakupan vaksin efektif hingga kehamilan pertama. Gamain menegaskan mengembangkan vaksin yang efektif untuk wanita muda sebelum kehamilan pertama mereka adalah prioritas jika ingin mengurangi angka kematian terkait malaria.
“Strategi yang efektif dapat fokus pada populasi yang mirip dengan yang ditargetkan oleh vaksinasi HPV, misalnya, sebelum perempuan menjadi aktif secara seksual,” ujar Gamain.
Malaria di Asia, Afrika, dan Amerika adalah endemik. Menurut WHO, total 89 negara di dunia terkena penyakit ini, yang bertanggung jawab atas 400 ribu kematian per tahun. Malaria berbahaya bagi perempuan hamil dan anak-anak mereka yang belum lahir dan dikaitkan dengan risiko lahir dengan berat rendah dan kematian neonatal, terutama di negara-negara Afrika sub-Sahara.