REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona tipe baru yang kini mewabah diketahui berasal dari hewan liar yang diperjualbelikan di pasar Huanan, Wuhan. Para pakar menyebut virus itu dibawa oleh kelelawar.
Di Indonesia, pasar yang memperjualbelikan kelelawar, tikus, dan satwa liar lain juga ada. Pasar itu terletak di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Lalu apakah virus corona juga berpotensi muncul di pasar tersebut?
Satgas Waspada dan Siaga Virus Korona PB IDI, dr Erlina Burhan SpP mengungkapkan, risiko itu juga ada. Ia menyarankan agar masyarakat tidak mengonsumsi daging hewan liar, seperti kelelawar. Namun jikalau tetap bersikeras ingin mengonsumsi, perlu ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, pastikan daging itu dimasak dengan matang, bahkan dianjurkan direbus terlebih dahulu dengan air mendidih. Hal itu harus dilakukan sebab virus akan mati dengan pemanasan hingga 60 derajat Celcius.
"Ada yang telepon saya dan bilang 'Dok, kami makan daging kelelawar itu sudah tradisi, sudah budaya, jangan dilarang'. Terus saya jawab ya boleh saja, asal dimasak dengan matang supaya kalau pun ada virus, virusnya mati'," kata Erlina dalam sebuah diskusi tentang virus corona di kawasan Cikini, Jakarta, Kamis (6/2).
Selain harus dimasak dengan matang, Erlina juga mengimbau agar semua pedagang dan pembeli untuk lebih menjaga kebersihan. Hal sederhana yang harus dilakukan ialah mencuci tangan dengan sabun setelah memotong atau memegang daging tersebut.
"Saya ingatkan agar selalu dijaga dan lebih bersih. Yang motong-motong dagingnya di sana, tolong untuk cuci tangan," kata Erlina.
Dia berharap, semua pedagang maupun pembeli bisa menerapkan seruan tersebut. Hal itu mesti diaplikasikan guna mencegah dan mengantisipasi terjangkit virus corona.