REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak semua anak bisa dengan mudah mengenali minat dan bakatnya. Alhasil, mereka tak siap menentukan langkah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Psikolog Universitas Tarumanagara, Diana Lie, menjelaskan memang ada saja anak yang tidak klop antara kemampuan dengan apa yang diinginkan. Banyak yang tidak sejalan antara apa yang disukai dan dijalani.
"Memang tinggal diarahkan, tapi ada masalah, misalnya kemampuan tidak sejalan minat, anak tidak tahu minatnya, bingung jurusan kuliah, tidak suka pekerjaannya," kata Diana di Jakarta, belum lama ini.
Diana mengatakan, tugas orang tua ialah mengenali minat dan bakat anaknya. Untuk bisa menyibak misteri itu, ayah dan ibu harus melakukan interaksi. Jika perlu, konsultasi dengan pihak ketiga dengan tujuan akhir mematangkan anak pada jurusan pilihannya.
"Mengambil keputusan dalam sekolah atau karier harus matang, harus dengan sadar sepenuhnya bahwa ini lho yang saya suka dan ini yang akan membantu mengoptimalkan saya," ungkap Diana.
Sebetulnya, bakat dan minat anak dapat terlihat secara kasat mata sejak mereka kecil. Orang tua bisa mencermati orientasi anak dalam menyelesaikan masalah, antusiasme anak terhadap sesuatu, atau minat si kecil dalam kegiatan mereka sehari-hari. Dari sana, orang tua bisa masuk tahap eksplorasi.
Diana mencontohkan, jika orang tua melihat anaknya suka menggambar, maka bisa digali lebih jauh, apakah lebih fokus gambar anstrak, menyukai gambat manusia, atau lainnya. Ada anak yang tampak gemar sekali mengotak-atik barang dan tidak, ada pula anak yang terlihat condong kecerdasan sosialnya.
Semua yang tampak, menurut Diana, bisa lebih dieksplorasi dan ditindaklanjuti sebagai bagian proses pendampingan orang tua. Untuk mendukung bakat dan minat anak, diperlukan kesadaran, pengalaman, dan eksplorasi.
"Misalnya minat gambar, belum bicara kualitas dulu, tapi apa sih yang perlu dieksplorasi. Kalau anak punya inisiatif eksplorasi, oh anak itu mungkin minatnya ini, kemudian dimatangkan oleh eksplorasi," ungkapnya.