Kamis 06 Feb 2020 00:38 WIB

Melewatkan Jam Makan Buruk untuk Kesehatan Mental

Kesehatan mental orang bisa terdampak ketika mereka sering melewatkan jam makan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Menu sarapan. Kesehatan mental orang bisa terdampak ketika mereka sering melewatkan jam makan.
Foto: pixabay
Menu sarapan. Kesehatan mental orang bisa terdampak ketika mereka sering melewatkan jam makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan dinilai memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kesehatan mental. Studi yang dimuat dalam jurnal Psychological Medicine  mengungkapkan bahwa menunda atau melewatkan jam makan dapat membuat seseorang lebih berisiko terhadap depresi, berdampak bagi kesehatan mental.

"Kami tertarik untuk mengetahui apakah waktu seseorang makan dalam satu hari berkaitan juga dengan risiko depresi yang lebih tinggi atau lebih rendah," ungkap salah satu peneliti dari University of Tasmania Johanna Wilson, seperti dilansir Red Online.

Baca Juga

Studi ini melibatkan orang-orang berusia 26 sampai 36 tahun dalam sebuah survei. Sekitar seribuan orang yang terlibat dalam studi ini diminta untuk memberi tahu jam makan mereka di hari sebelumnya. Seluruh partisipan kemudian diminta menjawab pertanyaan yang sama setelah lima tahun, ketika mereka berusia 31 hingga 41 tahun.

Selain itu, para partisipan juga menjalani penilaian mengenai gangguan suasana hati atau mood setiap kali menjalani survei. Beberapa di antaranya adalah depresi, dysthymia atau depresi ringan dan persisten, serta gangguan bipolar.

Hasil studi menunjukkan bahwa orang-orang yang melewatkan atau menunda sarapan lebih rentan terhadap gangguan suasana hati bila dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki jam makan yang sama setiap harinya.

"Studi kami menyoroti bahwa "kapan" Anda makan mungkin penting bagi kesehatan Anda, bukan hanya apa dan bagaimana Anda makan," ungkap Wilson.

Bersama tim peneliti, Wilson menemukan pola bahwa orang-orang yang menunda atau melewatkan sarapan cenderung menyantap makanan lebih banyak di jam-jam makan berikutnya. Pola seperti ini berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap gangguan suasana hati.

"Ini mungkin karena efek hormon dan jam biologis dari menyantap makanan di waktu tertentu," papar Wilson.

Di sisi lain, keterkaitan antara jam atau waktu makan dengan kesehatan mental juga mungkin berkaitan dengan kecenderungan seseorang sebagai morning person atau evening person. Hal ini diketahui sebagai chronotype.

Tentunya, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi keterkaitan antara jam atau waktu makan dengan kesehatan mental. Seperti diketahui, salah satu keterbatasan dalam studi ini adalah jumlah partisipan yang tak bisa dikatakan besar.

Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah penundaan jam makan bisa saja terjadi karena individu yang bersangkutan sudah mengalami depresi sebelumnya. Depresi diketahui dapat membuat seseorang menjadi tidak termotivasi.

Ketika tak memiliki motivasi, orang-orang dengan maslaah depresi biasanya sulit untuk bertahan dengan rutinitas makan yang teratur atau bahkan sekedar mempersiapkan makan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement