Rabu 05 Feb 2020 13:58 WIB

Wolbachia Mampu Turunkan Kasus DBD Hingga 76 Persen

Wolbachia merupakan bakteri pada tubuh serangga yang mampu melumpuhkan virus dengue.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.
Foto: Antara
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembayun Setyaningastutie mengatakan, teknik wolbachia mampu menurunkan angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di DIY. Hal ini ia sampaikan saat melaporkan hasil penelitian Dinkes DIY bersama Tim Eliminate Dengue Project DIY kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin (3/02).

Teknik penggunaan wolbachia ini terbilang baru untuk membantu penurunan angka kasus DBD. Menurut Pembayun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, teknik ini mampu membantu menurunkan angka kasus DBD di DIY hingga 76 persen.

Baca Juga

Wolbachia merupakan bakteri pada tubuh serangga yang mampu melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia, katanya, tidak akan menularkan virus yang mengakibatkan demam berdarah.

"Nyamuk yang memiliki wolbachia ini apabila kawin dengan nyamuk non-wolbachia, akan sepenuhnya mengasilkan telur yang juga mengandung Wolbachia. Dengan kata lain, angka kasus demam berdarah akan semakin menurun," katanya.

Ia pun menyebut ada banyak teknik yang telah diterapkan untuk menurunkan angka DBD melalui intervensi nyamuk. Namun, teknik tersebut tidak efektif jika dibandingkan dengan wolbachia.

Untuk itu, ia berharap agar penelitian yang dilakukan tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya di DIY. Walaupun begitu, ia tetap mengajak masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sebagai hal utama dan penting dalam mencegah DBD.

"Kita tunggu hasil akhir penelitian ini pada November 2020 mendatang. Kita tentu mengharapkan masyarakat proaktif tentang implementasi penelitian ini. Masyarakat harus benar-benar merasakan manfaatnya,” jelasnya. 

Berdasarkan data Dinkes DIY, Pembayun menjelaskan, puncak kasus DBD terjadi pada 2016 dengan jumlah 1.705 kasus. Di 2016 ini terjadi 13 kematian.

Dari 2016, kemudian terjadi penurunan di 2017 yakni ditemukan 414 kasus dengan dua kematian. Sementara, pada 2018 ditemukan 113 kasus yang juga dengan dua kematian.

"Dari hasil penelitian, teknik ini mampu membantu menurunkan angka kasus di daerah hingga 76 persen. Tapi yang harus diingat, ini adalah teknik pembantu, bukan substitusi. Jadi seluruh program yang ada harus tetap berjalan dengan didukung teknik ini,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement