Selasa 04 Feb 2020 07:51 WIB

Penelitian Terbaru dari Olahraga Angkat Beban

Mengangkat beban lebih sedikit diklaim peneliti bisa membuat atlet jadi lebih kuat.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Menurut sebuah penelitian, seseorang bisa mengangkat beban lebih sedikit dalam olahraga angkat beban dan masih menjadi lebih kuat dengan mengubah jumlah yang mereka angkat selama setiap sesi (Foto: atlet angkat beban)
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Menurut sebuah penelitian, seseorang bisa mengangkat beban lebih sedikit dalam olahraga angkat beban dan masih menjadi lebih kuat dengan mengubah jumlah yang mereka angkat selama setiap sesi (Foto: atlet angkat beban)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menurut sebuah penelitian, seseorang bisa mengangkat beban lebih sedikit dalam olahraga angkat beban dan masih menjadi lebih kuat dengan mengubah jumlah yang mereka angkat selama setiap sesi. Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Lincoln di Inggris.

Mereka membandingkan bobot rata-rata yang diangkat oleh dua kelompok selama enam pekan. Satu kelompok menggunakan metode pelatihan tradisional “satu rep maks” dan yang lain menggunakan profil kecepatan beban.

Baca Juga

16 pria berusia antara 18 dan 29 tahun dengan massa tubuh mulai dari 70 kg hingga 120 kg, dengan setidaknya dua tahun pengalaman latihan beban, ikut serta dalam uji coba selama enam pekan. Masing-masing uji coba mencakup dua sesi pelatihan dalam sepekan,

Mereka melakukan back squat, bench press, strict overhead press, dan conventional deadlift, serta hasilnya dicatat pada awal dan akhir pelatihan enam pekan. Para peneliti juga mencatat lompatan gerakan balas yang dilakukan oleh atlet. Mereka menemukan hanya kelompok kecepatan yang meningkat.

Profil tersebut menggunakan bobot yang disesuaikan sehingga mereka mengangkat beban lebih atau kurang pada setiap sesi. Satu rep maks merupakan berat maksimum yang bisa diangkat seorang atlet.

Angkat beban yang menggunakan profil kecepatan beban menjadi lebih kuat, meskipun mengangkat beban lebih sedikit secara keseluruhan selama enam pekan. Hal ini menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Strength and Conditioning Research.

Secara tradisional, satu rep maks akan digunakan untuk menentukan beban berat semua sesi. Peneliti membuat satu rep maks dalam dua kelompok.

Seperti yang dilansir dari Indian Express, Selasa (4/2), mereka kemudian mencatat lamanya waktu yang diperlukan mengangkat berat dan jarak berat dipindahkan untuk membangun pengukuran kecepatan di salah satu kelompok. Itu ditambah dengan satu rep maks membentuk profil kecepatan beban untuk atlet.

“Ada banyak faktor yang dapat berkontribusi pada kinerja atlet pada hari tertentu, seperti berapa banyak tidur yang mereka miliki, nutrisi atau faktor motivasi. Tetapi dengan metode berbasis presentase tradisional, kami tidak akan memiliki wawasan tentang bagaimana ini mempengaruhi kekuatan mereka,” kata Harry Dorrell dari Universitas Lincoln.

Temuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan tenaga dan kekuatan otot, serta memiliki implikasi positif untuk manajemen kelelahan selama pelatihan resisten.

“Pelatihan berbasis kecepatan memungkinkan kami melihat apakah mereka memiliki kenaikan atau penurunan pada kinerja normal mereka dan dengan demikian ada penyesuaian beban,” ujarnya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement