REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab morbiditas dan mortalitas terbanyak di dunia. Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2018 menunjukkan, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,79 persen per 1.000 penduduk.
Di samping insiden kanker yang terus meningkat di Indonesia, sampai saat ini banyak ditemukan mitos-mitos yang menyesatkan masyarakat tentang kanker dan pengobatannya. Salah satunya terkait biopsi yang dianggap bisa memicu pertumbuhan sel kanker baru.
Ahli hematologi onkologi medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Ikhwan Rinaldi secara tegas menepis mitos terkait biopsi tersebut. Ia menjelaskan bahwa biopsi merupakan proses pengambilan jaringan sel untuk kemudian di tes di laboratorium oleh ahli patologi anatomi.
Ikhwan menjelaskan, biopsi termasuk pada tata laksana awal penanganan kanker. Tujuannya untuk memastikan apakah tumor yang dimiliki seseorang sudah pada tahap kanker atau tidak.
"Biopsi itu wajib, tidak akan ada pengobatan tanpa biopsi (terlebih dahulu). Karena di bidang kedokteran manapun, jika tanpa hasil biopsi maka tidak bisa lanjut ke pengobatan," kata Ikhwan dalam diskusi terkait kanker di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (30/1).
Ikhwan mengatakan, proses biopsi dilakukan dengan pembedahan. Tindakan pembedahan ini mestinya tidak berdampak buruk. Namun demikian jika setelah biopsi tidak segera dilanjutkan dengan langkah pengobatan memadai, maka dalam waktu dekat sel kanker bisa berkembang dan terjadi pemburukan kondisi.
Sebab itu, pada saat memutuskan biopsi, pasien harus juga memutuskan untuk mengikuti pengobatan adekuat yang sesuai standar medis. Ada beberapa dampak yang bisa terjadi jika biopsi tidak dilakukan, antara lain pemberian obat tidak sesuai yang pada akhirnya bisa memicu pemburukan kondisi pasien kanker, serta salah diagnosa.
"Kalau tidak dilakukan biopsi mana kita tahu itu kanker apa, stadium berapa, penyebaran sudah ke mana saja dan lainnya. Maka dari itu biopsi penting dilakukan," jelas dia.
Akan menjadi keliru juga, andaikan pascabiopsi pasien memilih pengobatan nonmedis. Menurut Ikhwan, hal itu juga akan membuat biopsi sia-sia. Sebab, bagaimanapun, pengobatan alternatif tidak bisa dipertanggungjawabkan secara medis.
"Jadi pernah ada pasien yang sudah dibiopsi pada lubang pembuangan dan diketahui kanker, tapi ia enggan menjalani operasi dan memilih pengobatan alternatif. Dalam 3 bulan berobat alternatif malah terjadi pertumbuhan kanker di hati dan ujung-ujungnya setelah parah dia mau dioperasi," ungkap Ikhwan.