REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona telah mewabah di China yang menyebabkan setidaknya ada belasan orang meninggal dunia dan ratusan terjangkit. Hal itu menjadi ancaman yang serius bagi masyarakat yang ingin bepergian ke luar negeri, terutama ke China.
Namun, sebenarnya apa itu virus corona? Dilansir di laman Health Line, Kamis (23/1), ‘Corona’ memiliki arti mahkota. “Sehingga virus ini tampak berbentuk mahkota ketika dilihat di bawah mikroskop elektron," kata dokter spesialis penyakit menular di St. Jude Medical Center di Placentia, California, Bhanu Sud, MD.
Sud mengatakan, kebanyakan virus corona sebenarnya tidak berbahaya. Virus itu biasanya menyebabkan penyakit saluran pernapasan bagian atas ringan hingga sedang, seperti flu biasa. Sebagian besar orang akan terinfeksi virus ini di beberapa titik dalam kehidupan mereka.
Akan tetapi, dia menekankan, meskipun prospeknya bagus untuk sebagian besar orang yang terinfeksi virus jenis ini, virus SARS dan MERS lebih serius. Tingkat kematiannya, adalah sekitar 10 persen untuk orang dengan SARS dan 30 persen untuk mereka yang memiliki varian MERS.
Menurut dokter penyakit menular dari Texas, Nikhil Bhayani, yang tidak diketahui saat ini adalah jenis baru dari virus ini. Mereka sedang melakukan pengujian untuk mengetahui jenis virus apa ini dan apakah lebih mirip dengan SARS atau MERS. “Saya punya perasaan kuat bahwa ini akan menjadi virus baru,” jelas dia.
Hal yang cukup mengkhawatirkan, virus korona menular dengan mudah dan cepat. Menurut Sud, virus korona manusia paling umum menular dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui udara dengan batuk dan bersin. Oleh sebab itu, Sud menyarankan untuk meminimalisasi kontak pribadi, seperti menyentuh atau berjabat tangan, menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan.
“Di Amerika Serikat, orang biasanya terinfeksi dengan virus corona manusia pada musim gugur dan musim dingin. Namun, infeksi dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun. Kebanyakan orang akan terinfeksi dengan satu atau lebih dari coronavirus manusia pada masa hidupnya," tambahnya.
Sud memperingatkan, wabah SARS dan MERS yang sempat meledak pada awal dekade 2000, juga menyebar dari kontak hewan ke manusia. Pada SARS kemungkinan besar, virus tersebar dari kontak dengan kelelawar, dan pada MERS virus tersebar dari kontak dengan unta.
“Karena organisme penyebab infeksi adalah virus, hingga saat ini, kami tidak memiliki obat antivirus khusus,” kata Sud.