REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wanita yang memegang peran manajerial menghadapi pelecehan seksual lebih dari karyawan wanita dalam peran lainnya. Dalam sebuah studi, wanita-wanita tersebut kerap dilabeli pembuat masalah.
Sebuah laporan Institut Swedia untuk Penelitian Sosial Swedia yang mengamati kondisi kerja di Amerika Serikat (AS), Swedia, dan Jepang. Studi ini mendapati perempuan dalam posisi kepemimpinan mengalami pelecehan seksual antara 30 hingga 100 persen lebih banyak dibandingkan perempuan lain di tempat kerja.
Para peneliti mengatakan mereka terkejut dengan temuan tersebut. Peneliti berharap menemukan tingkat pelanggaran seksual yang lebih tinggi untuk karyawan wanita biasa.
Profesor Ekonomi di Institut Swedia untuk Penelitian Sosial Johanna Rickne mengatakan ada penjelasan logis tentang temuan itu. Ketika pengawas dihadapkan pada kelompok baru pelaku potensial, maka bisa dilecehkan baik dari bawahannya maupun dari manajemen tingkat tinggi di dalam perusahaan.
“Lebih banyak pelecehan dari kedua kelompok itu juga yang kami lihat ketika kami bertanya kepada para wanita yang telah melecehkan mereka,” kata Rickne.
Para peneliti menemukan wanita dalam peran pekerjaan senior dipaksa menanggung lebih banyak pelanggaran seksual ketika staf yang bekerja di bawah mereka sebagian besar terdiri dari pria. Associate professor di Universitas Uppsala di Swedia, Olle Folke, mengatakan adanya pelecehan seksual menunjukkan bahwa peningkatan karier wanita membutuhkan 'biaya yang lebih tinggi' daripada pria, terutama di industri dan perusahaan yang didominasi pria.
Dia menjelaskan data survei tambahan dari Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan pelecehan terhadap pengawas tidak hanya lebih umum daripada karyawan, tetapi juga diikuti konsekuensi profesional dan sosial yang lebih negatif. “Ini termasuk mendapatkan reputasi sebagai pembuat masalah dan kehilangan promosi atau pelatihan,” ujar Folke.
Para peneliti di Institut Swedia untuk Penelitian Sosial serta akademisi Amerika dan Jepang menganalisis tanggapan dari tiga survei untuk menilai frekuensi pelecehan seksual di berbagai tingkat struktur tempat kerja. Ketika ditanya tentang pelecehan seksual, hasil menunjukkan pelecehan seksual konsisten di AS, Jepang, dan Swedia meskipun masing-masing negara memiliki tingkat kesetaraan gender yang berbeda di tempat kerja dan pola gender.