REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penyakit demam berdarah apabila terdapat gejala khas yang tidak ditemukan saat demam biasa khususnya pada anak.
Nadia saat dihubungi di Jakarta, Kamis (16/1), mengatakan beberapa gejala khas demam berdarah adalah terdapat bintik-bintik merah di kulit, atau terjadi mimisan satu kali, atau gusi yang tiba-tiba berdarah.
"Utama sekali ada bintik-bintik merah, atau mimisan satu kali, atau gusinya tiba-tiba berdarah. Bisa saja satu kali mimisan lalu nggak pernah mimisan lagi, itu biasanya tanda-tanda kita terkena demam berdarah," terang Nadia.
Gejala khas tersebut biasanya muncul pada hari ketiga atau hari keempat.
Selain itu ciri lainnya adalah demam yang tak kunjung turun selama tiga hari berturut-turut, dan juga suhu tubuh yang cenderung tidak turun walaupun sudah minum obat penurun demam. Jika anak mengalami demam biasa, biasanya suhu tubuhnya langsung turun begitu meminum obat penurun panas.
Pemeriksaan darah untuk memastikan terjadi demam berdarah atau tidak juga paling sensitif pada hari ketiga. Jika anak mengalami demam dengan suhu tubuh yang tidak kunjung turun walaupun minum obat penurun demam dan berlangsung selama tiga hari, segeralah bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Dia menerangkan bahwa virus dengue hanya bisa ditularkan kepada manusia melalui perantara nyamuk aedes aegepty. Nyamuk tersebut menghisap darah manusia yang sudah tertular virus dengue dan menularkan kepada orang lain dengan gigitan nyamuk.
Nadia menekankan pentingnya melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah tertular penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue tersebut.
"Kita sebagai warga, sebagai anggota keluarga harus menjaga supaya kita tidak tergigit nyamuk. Populasi nyamuk di rumah kita juga harus seminimal mungkin, dan tentunya pastikan tidak ada sarang-sarang nyamuk di rumah kita," jelas Nadia.
Sebelumnya diberitakan sejumlah kasus demam berdarah bermunculan di beberapa daerah Indonesia. Kemenkes mencatat sebanyak 84 kasus DBD terjadi sejak awal tahun 2020 di enam provinsi, yakni Kalimantan Tengah, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat.