Selasa 14 Jan 2020 04:48 WIB

Tiga Cara Ajaib Menghentikan Rengekan Anak

Anak-anak menjadikan rengekan sebagai senjata untuk meminta yang mereka inginkan.

Rep: Mabruroh/ Red: Gita Amanda
Anak-anak menggunakan rengekan sebagai cara mendapatkan apa yang mereka inginkan. Foto anak, (ilustrasi).
Foto: Piqsels
Anak-anak menggunakan rengekan sebagai cara mendapatkan apa yang mereka inginkan. Foto anak, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Anak-anak menjadikan rengekan sebagai senjata untuk membuat orang tua mereka melakukan apa yang mereka inginkan. Para ahli sepakat bahwa merengek adalah bidang yang belum diteliti dalam psikologi perkembangan dan perilaku anak yang sangat umum sehingga cenderung bersifat universal budaya.

“Anak-anak pandai memilih senjata apa pun yang mereka miliki untuk mendapatkan perhatian orang tuanya,” kata profesor psikologi Universitas Connecticut, James A. Green, Ph.D., dilansir dari New York Times, Senin (13/1).

Baca Juga

Menurut Rose Sokol Chang dari American Psychological Association, anak-anak merengek untuk mendapatkan perhatian orangtuanya dengan cepat. Bayi kata dia, dapat mengembangkan jenis tangisan cengeng sejak usia 10 bulan. Tetapi rengekan penuh tidak terjadi sampai mereka belajar berbicara.

Rengekan sambungnya, biasanya memuncak pada usia balita dan menurun dengan bertambahnya usia. Namun tidak benar-benar hilang karena orang dewasa pun bisa merengek pada pasangan mereka.

Rengekan lanjutnya, justru lebih menyebalkan daripada tangisan bayi. Hal ini dia dapatkan setelah meminta 26 orang tua dan 33 nonparents untuk mendengarkan berbagai suara manusia, sepeti tangisan bayi, pidato netral dan motherese selain merengek.

Jadi bagaimana cara menghentikan rengekan anak?

1. Pertama, abaikan perilakunya

Menurut psikolog medis pediatrik di Birmingham, Dr Dunya Poltorak mengatakan hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa mendisiplinkan anak-anak untuk merengek dapat menjadi bumerang.

“Memarahi atau mendisiplinkan dapat secara tidak sengaja memperkuat perilaku. Mereka mencari jawaban ketika mereka tidak mendapatkan respons positif, mereka akan mencari yang negatif,” kata Dr. Poltorak.

Anak-anak, ujarnya justru akan melihat orangtuanya dan meniru respon orangtuanya. Sehingga ketika orangtuanya berteriak, “Saya tidak tahan ketika kamu melakukan itu, kamu membuat saya gila!” pada dasarnya orangtua justru mengajarkan anak-anak mereka untuk meniru perilaku orangtuanya.

Dr. Poltorak menyarankan agar segera menemukan saat yang tenang dan duduk bersama anak Anda. Lalu katakan sesuatu seperti: “Saya suka mendengarkan Anda dan saya suka membantu Anda. Ayo berlatih menggunakan kata-kata terbaik kita untuk meminta bantuan, karena jika kamu merengek atau menangis atau menjerit, aku justru tidak akan mengabulkan permintaanmu,” kata Poltorak.

Tindaklanjutnya adalah dengan cara mengabaikan anak ketika dia meminta sesuatu dengan suara cengeng. Sehingga anak tersebut akan mulai mengingat agar meminta dengan cara baik, ketika Anda mulai mengabaikannya.

“Dan ketika anak Anda meminta hal-hal baik, pastikan untuk memperkuat perilaku baik itu dengan pujian kepaa mereka,” kata Dr. Poltorak.

2. Antisipasi rengekannya sebelum dimulai.

Taktik lain direkomendasikan oleh Dr. Sokol-Chang, adalah mencoba mengamati tanda-tanda perilaku khusus anak yang cenderung mengarah ke rengekan. Sehingga Anda dapat memberikan perhatian positif padanya bahkan sebelum rengekan dimulai.

3. Kalahkan mereka

Seorang profesor psikologi dan biologi emeritus di Universitas Clark, Nicholas S. Thompson, menawarkan strategi terakhir ini. Yakni dengan cara mengatakan, "Saya ahli merengek, dan kamu bahkan tidak melakukannya dengan benar. Biarkan saya mengajari kamu cara merengek dengan benar,” ujar Thompson.

Maka saat anak-anak melihat dia terlibat dalam permainan manipulasi. Mereka justru melihat wajah mereka dengan lucu, dan berhenti merengek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement