REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki tahun 2020, seseorang biasanya memasang target dan resolusi. Ada yang ingin mendapat pekerjaan lebih baik, ada yang ingin berkelana ke negara lain.
Kalau Anda punya resolusi untuk membebaskan diri dari utang dan memiliki dana darurat, Commonwealth Bank punya solusinya.
1. Cek kesehatan keuangan diawali dengan merekapitulasi aset dan utang
Pisahkan utang produktif dan utang konsumtif. Fokuskan terlebih dahulu untuk membebaskan diri dari utang konsumtif.
Utang konsumtif adalah utang yang ditujukan untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk belanja yang sifatnya impulsif seperti berlibur, nonton konser, ganti gadget terbaru, dan sebagainya. Utang konsumtif biasanya didapat dari kartu kredit, kredit tanpa agunan, dan pay later seperti tren yang ada akhir-akhir ini.
"Karena biasanya utang yang berasal dari channel tersebut memiliki tingkat bunga pinjaman yang lebih besar dan tidak menambah jumlah aset Anda," jelas Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya, Jumat (10/1).
Utang produktif adalah utang yang dapat membuat Anda menjadi lebih produktif atau menambah aset atau penghasilan Anda. Yang termasuk dalam utang produktif ini adalah kredit
kepemilikan rumah atau apartemen, kredit kepemilikian kendaraan di mana kendaraan tersebut digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-hari, dan juga kredit modal usaha.
Setelah mengetahui jumlah utang konsumtif, urutkan dari utang yang memiliki bunga tertinggi, dilanjutkan dengan utang yang memiliki jatuh tempo yang panjang. Semakin besar bunga dan semakin panjang waktu jatuh tempo utang akan menggerus penghasilan dan aset.
2. Aturan rasio membayar cicilan utang
Agar cicilan utang tidak mengganggu arus kas rutin, hitunglah berapa jumlah cicilan utang yang perlu dibayar setiap bulannya. Aturan sederhana, total jumlah cicilan utang tidak boleh melebihi 30 persen penghasilan bersih Anda setiap bulan atau biasa disebut rasio kemampuan bayar utang.
Jika ternyata jumlahnya melebihi 30 persen penghasilan bersih, Anda harus merelakan sebagian aset saat ini untuk melunasi utang yang memiliki bunga tertinggi hingga total cicilan tidak lebih dari 30 persen.
"Karena jika tidak segera menurunkan rasio kemampuan bayar utang maksimum 30 persen, ada kecenderungan untuk mencari utang baru untuk menutupi beban cicilan,” jelas Ivan.
Ivan melanjutkan, agar terhindar dari utang konsumtif, mulailah untuk evaluasi jumlah kepemilikan kartu kredit Anda. Mulailah dengan menutup kartu kredit yang memiliki tingkat bunga yang tinggi dan iuran tahunan yang paling besar. Sisakan satu saja kartu kredit yang dinilai paling banyak memberikan benefit.
3. Sisihkan 10 persen dari penghasilan tiap bulan untuk dana darurat
Sejalan dengan rencana untuk membebaskan diri dari utang, mulailah untuk membentuk dana darurat di dalam rencana keuangan. Hitung berapa jumlah pengeluaran setiap bulannya dan targetkan untuk menghimpun dana sebesar minimal 6 kali pengeluaran bulanan Anda pada tahun ini.
Sisihkan minimal 10 persen dari penghasilan bersih untuk dialokasikan dalam pembentukan dana darurat. Jika dari 10 persen penghasilan dirasa belum cukup untuk membentuk dana darurat dalam setahun, tingkatkan hingga 20 persen dari penghasilan bulanan hingga dalam 12 bulan dapat mencapai setidaknya 3 bulan pengeluaran bulanan.
"Pembentukan dana darurat ini dapat dilakukan bersamaan dengan pelunasan utang,” kata Ivan.
Ivan menambahkan, dana darurat sebaiknya disimpan pada instrumen yang likuid seperti tabungan, tabungan berjangka, deposito atau reksadana pasar uang. Dalam pembentukan dana darurat untuk pertama kali lebih bijak jika disimpan pada instrumen tabungan.