Kamis 09 Jan 2020 12:42 WIB

Tiga Macan Safari, Perjuangan Panjang Pendiri Taman Safari

Buku

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Petugas memberi makan anak jerapah (giraffa camelopardalis) yang bernama Azzanti (kiri) bersama jerapah dewasa di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Kisah para pendiri Taman Safari Indonesia terangkum dalam buku
Foto: Antara/Zabur Karuru
Petugas memberi makan anak jerapah (giraffa camelopardalis) yang bernama Azzanti (kiri) bersama jerapah dewasa di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Kisah para pendiri Taman Safari Indonesia terangkum dalam buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen memuat cerita komplet mengenai perjuangan panjang pendiri Taman Safari Indonesia (TSI). Siapa sangka, tempat wisata berbasis konservasi itu bermula dari ngamen dan jual obat.

Sosok penting dalam terwujudnya Taman Safari adalah Hadi Manansang dan tiga putranya. Sejak kecil, Hadi yang berasal dari Shanghai, Cina, sudah giat mempelajari ilmu seni akrobatik. Ilmunya tetap dia pertahankan hingga merantau ke Indonesia pada masa perang.

Baca Juga

Setelah menikah dengan Tuti Manansang dan membangun keluarga di Indonesia, Hadi menurunkan keterampilan akrobatik kepada anak-anaknya. Jansen Manansang, Frans Manansang, Tony Sumampau, dan tiga anak angkat Hadi lainnya berlatih akrobat setiap hari.

"Setelah anak-anak lulus sekolah, beliau mulai membuat sirkus kecil-kecilan. Sukses dengan Oriental Circus Indonesia, beliau sudah ada pandangan lain lagi: membuat safari. Itu pun perlu waktu puluhan tahun baru bisa terwujud," kata Frans Manansang.

Dalam buku setebal 213 halaman, tim penulis Taman Safari memaparkan dengan runtut perjalanan keluarga Hadi Manansang. Asal-usul Hadi, sampai cerita ngamen atraksi akrobat di alun-alun, lapangan kosong, kelenteng, sekolah, dan di mana pun.

Sementara anak-anaknya unjuk kebolehan, Hadi berjualan obat berupa koyo ramuan Tiongkok buatan sendiri. Tetes keringat dan kerja keras mereka terus berbuah hasil, hingga Hadi membentuk tim Bintang Akrobat dan Gadis Plastik, yang berkembang menjadi Oriental Circus Indonesia.

Frans mengatakan, semula konsep taman safari adalah kebun binatang dan rumah bagi satwa-satwa sirkus oriental yang sudah pensiun. Pada perjalanannya, satwa-satwa itu dilepasbebaskan pada lokasi, sehingga jadilah taman safari.

Buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama ini tidak hanya menyampaikan kisah demi kisah. Berbagai foto keluarga, aksi memukau tim akrobat, interaksi dengan satwa, serta cikal bakal Taman Safari Indonesia dan wujud TSI modern banyak ditemukan di dalamnya.

Frans mengatakan, terbitnya buku menjadi cara dia dan kedua saudaranya mengenang ayah dan ibu mereka yang telah berpulang. Selain itu, Frans berharap buku bisa memberikan inspirasi dan motivasi kepada generasi penerus bangsa.

"Taman Safari bisa tetap eksis sampai sekarang karena orang tua kami mengajarkan nilai-nilai baik. Kemauan keras, kejujuran, integritas, passion, dan kerja sama tim adalah hal-hal yang sangat penting," ungkap Frans.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement