Kamis 09 Jan 2020 13:00 WIB

Taman Safari, Bukti Indonesia Punya Taman Satwa Profesional

TSI menjadi taman satwa yang dikelola profesional oleh tiga bersaudara.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Pengunjung memberi makan anak bison dari Amerika (Bison bison) bernama Tiras di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (17/6/2019).
Foto: Antara/Moch Asim
Pengunjung memberi makan anak bison dari Amerika (Bison bison) bernama Tiras di Taman Safari Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Senin (17/6/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdirinya Taman Safari Indonesia (TSI) semula tidak terbayangkan dalam benak tiga bersaudara Jansen Manansang, Frans Manansang, dan Tony Sumampau. Bersama sang ayah, Hadi Manansang, semula mereka fokus pada sirkus dan tim akrobatik.

"Membangun Taman Safari, tidak pernah kami mimpikan sebelumnya. Tujuan awal kami, tetap membesarkan sirkus tetapi ingin membuat satu tempat semacam winter quarters yang menampung dan melatih hewan saat musim dingin atau musim hujan," kata Tony Sumampau.

Baca Juga

Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Akibat gigitan harimau pada 1974, Tony mengalami luka serius dan harus berobat ke Melbourne, Australia. Saat berada di Negeri Kanguru tersebut, Hadi dan Tony mengunjungi African Lion Safari.

Berbeda dengan kebun binatang yang biasa ada di Indonesia, satwa di sana dibiarkan bebas di alam terbuka. Pemilik Safari juga mengelola kelompok sirkus keliling. Dari situlah, Hadi memiliki ide membangun Taman Safari.

Seiring dengan berjalannya waktu, selama puluhan tahun Taman Safari Indonesia Group telah berhasil mengembangkan bisnis. Bermula dari Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia yang berada di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, kemudian lahir berbagai unit lainnya.

Taman Safari Indonesia II Prigen, Bali Safari & Marine Park, Batang Dolphin Center, Royal Safari Garden Cisarua, dan Jakarta Aquarium, menjadi destinasi wisata populer. Semuanya berfokus pada konservasi satwa liar serta sarana pendidikan dan penelitian.

Tony Sumampau mengatakan, hal itu membuktikan bahwa Indonesia bisa memiliki taman satwa yang dikelola secara profesional. Anggapan bahwa kebun binatang di negeri ini terpuruk dan membutuhkan subsidi pemerintah adalah salah besar.

Dia merasa sangat senang bisa menerbitkan buku Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen bersama kedua saudaranya. Buku berisi sejarah berdirinya TSI tersebut sangat informatif menceritakan perjuangan jatuh bangun keluarganya.

"Buku ini sangat sederhana, isinya mudah dicerna pembaca. Menceritakan bahwa kalau sudah jalan Tuhan, apapun yang dilalui pasti berhasil. Tidak usah ragu, tetap tekun dan fokus, pasti membuahkan hasil," ungkap Tony.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement