Kamis 02 Jan 2020 10:56 WIB

Disuntikkan di Aliran Darah, Vaksin TB Bekerja Lebih Baik

Peneliti mengungkap perbedaan cara suntik vaksin TB pengaruhi efek proteksinya.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Imunisasi. Peneliti mengungkap perbedaan cara suntik vaksin TB pengaruhi efek proteksinya.
Foto: Antara/Ampelsa
Imunisasi. Peneliti mengungkap perbedaan cara suntik vaksin TB pengaruhi efek proteksinya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Sejumlah peneliti menemukan cara yang diklaim dapat membuat vaksin tuberkulosis akan jauh lebih efektif. Vaksin yang telah berusia satu abad itu dikatakan dapat lebih protektif dengan cara pemberian yang berbeda.

Dalam sebuah uji coba yang dilakukan terhadap monyet, menyuntikkan vaksin langsung ke dalam aliran darah hewan ini dapat secara dramatis meningkatkan efektivitasnya. Karena itu, cukup dengan memberikan jenis suntikan dengan lebih dalam, harapan hidup dari banyak orang mungkin akan meningkat.

Baca Juga

Meski demikian, penulis studi, Robert Seder dari National Institutes of Health mengatakan, studi lebih lanjut terkait keselamatan diperlukan terlebih dahulu. Tuberkulosis (TB) telah membuat sekitar 1,7 orang meninggal per tahun. Sebagian besar di antaranya berasal dari negara-negara miskin.

Satu-satunya vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit ini adalah vaksin BCG. Biasanya, vaksin ini diberikan kepada bayi yang berada di daerah atau wilayah dengan resiko tinggi TB.

Meski demikian, vaksin BCG dinilai kurang efektif melindungi orang-orang di usia remaja dan dewasa dari ancaman TB paru. Sebagian besar vaksin diberikan dengan suntikan pada otot atau kulit.

Menurut Seder yang memiliki ide imunisasi IV pada beberapa tahun lalu, percobaan menunjukkan vaksin malaria bekerja lebih baik ketika disuntikkan ke dalam vena. Karena itu, ia berpikir apakah vaksin TB akan bereaksi dengan cara yang sama.

Para peneliti di NIH bekerja sama dengan University of Pittsburgh mempelajari monyet-monyet, salah satunya kera rhesus yang bereaksi terhadap infeksi TB seperti halnya manusia. Mereka menguji berbagai cara untuk memberikan vaksin TB, termasuk melalui asap yang dihirup oleh hewan menggunakan masker.

Enam bulan setelah vaksinasi, para peneliti mengirimkan bakteri TB langsung ke paru monyet dan melihat infeksi yang terjadi. Monyet yang diberikan suntikan melalui kulit secara standar seperti saat ini, bahkan meski dengan dosis lebih tinggi, hanya sedikit lebih terlindungi daripada yang tidak divaksinasi. Asap yang diberikan lewat masker juga tidak terlalu efektif.

Namun, pada sembilan dari 10 monyet, dosis vaksin yang lebih tinggi dari biasanya dan disuntikkan ke pembuluh darah dapat bekerja lebih baik. Para peneliti tidak menemukan jejak infeksi pada enam hewan dan menghitung tingkat bakteri TB yang sangat rendah di paru-paru.

Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa sel-sel kekebalan utama, disebut sel T harus mengerumuni paru untuk membunuh bakteri TB dan dapat melakukannya lebih cepat saat vaksin dibawa dengan cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Tes menunjukkan lebih banyak sel T yang  aktif di paru monyet yang divaksinasi dengan cara baru.

Penemuan dari para peneliti ini tentu mengejutkan karena hanya bagaimana cara vaksin diberikan ternyata jelas mempengaruhi efektivitas. Namun, ilmuwan TB dari University of Massachusetts, Samuel Behar dan Chris Sassetti yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengingatkan bahwa pemberian vaksin secara intervena tersebut tidak semudah jenis suntikan lainnya.

Setidaknya penelitian lebih lanjut tentang keamanan pemberian vaksin dengan cara baru akan dilakukan dalam waktu sekitar 18 bulan. Diharapkan studi pertama untuk memulainya pada manusia kemudian bisa segera terwujud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement