REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti dari Amerika telah mengkaji beberapa penelitian pada manusia dan hewan untuk menentukan efek puasa intermiten terhadap penurunan berat badan, meningkatnya usia harapan hidup dan indikator kesehatan lainnya. Diet puasa intermiten adalah metode diet yang dilakukan dengan makan seperti biasa selama beberapa hari sekaligus puasa di hari-hari lainnya dalam 1 pekan.
Sebuah artikel yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat mengurangi tekanan darah, membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan umur panjang. Hal itu berdasarkan pada meta-analisis studi yang dilakukan pada manusia dan tikus selama beberapa dekade terakhir.
Menurut penulis studi Mark Mattson, seorang profesor ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat, diet puasa intermiten umumnya terbagi dalam dua kategori. Pertama adalah diet terbatas waktu, yang mempersempit waktu makan menjadi 6 sampai 8 jam per hari, diikuti puasa selama 16 sampai 18 jam.
Sedangkan metode kedua terdiri dari puasa pada dua hari berturut-turut dan makan di hari lainnya secara normal selama sisa minggu.
Temuan utama dari penelitian meta-analisis ini menunjukkan bahwa puasa intermiten membantu seseorang menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah dan memperpanjang harapan hidup mereka. Diet ini juga disebut sebagai metode yang berpotensi efektif untuk pengobatan diabetes tipe 2.
"Kesimpulan tentang puasa intermiten bervariasi tergantung pada efektivitas diet, tetapi beberapa penelitian pada hewan dan manusia telah menghubungkan praktik ini dengan harapan hidup yang lebih lama, peningkatan kesehatan jantung dan kemampuan kognitif yang lebih baik," ungkap Mattson dilansir Malaymail, Sabtu (28/12).
Sementara itu, sebuah studi penelitian 2018 dengan sampel kecil menemukan bahwa tiga pasien diabetes tipe 2 mampu berhenti minum insulin setelah kehilangan berat badan melalui puasa intermiten.