Ahad 22 Dec 2019 06:15 WIB

Peneliti Ungkap Hubungan Kanker dan Daging Olahan

Daging olahan yang kaya akan nitrit dapat picu kanker kolorektal.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Daging olahan. Daging olahan yang mengandung nitrit dapat memicu terjadinya kanker.
Foto: EPA
Daging olahan. Daging olahan yang mengandung nitrit dapat memicu terjadinya kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi daging olahan kerap dikaitkan dengan peningkatkan risiko kanker kolorektal. Peneliti menemukan peningkatan risiko kanker dari konsumsi daging olahan berkaitan dengan nitrit.

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Institute of Global Food Security di Queen's University Belfast (QUB). Tim peneliti meninjau lebih jauh beberapa studi yang meneliti hubungan antara konsumsi daging olahan dan kanker kolorektal. Dari peninjauan ini, tim peneliti menemukan hanya sekitar setengah studi yang menyimpulkan adanya hubungan antara konsumsi daging olahan dengan kanker kolorektal.

Baca Juga

Namun, tim peneliti menemukan hasil yang berbeda ketika hanya menijau studi-studi yang menggunakan daging olahan dengan kandungan nitrit. Ketika meninjau studi-studi ini, tim peneliti menemukan hampir dua per tiga studi menyimpulkan bahwa daging olahan berkaitan dengan kanker kolorektal.

Dari temuan ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara konsumsi daging olahan dengan peningkatan risiko kanker berkaitan dengan ada atau tidaknya kandungan nitrit pada daging olahan. Seperti diketahui, tidak semua daging olahan mengandung nitrit.

"Hampir dua per tiga studi menemukan hubungan (antara daging olahan yang mengandung nitrit) dengan kanker," jelas salah satu peneliti William Crowe PhD dari School of Biological Sciences di QUB, seperti dilansir Medical News Today.

Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), daging olahan adalah daging yang telah melewati proses pengawetan, pengasinan, pengasapan, fermentasi, penambahan rasa hingga proses pengawetan lainnya. Beberapa contoh di antaranya adalah sosis, kornet, ham, daging asap, daging kalengan, dan dendeng.

Dari temuan ini, tim peneliti menilai beragam jenis daging olahan tidak bisa dikelompokkan menjadi satu kelompok besar. Tim peneliti menilai daging olahan yang mengandung nitrit perlu dibedakan dari daging olahan yang tidak mengandung nitrit.

"Temuan kami jelas menunjukkan bahwa tidak semua daging olahan, contohnya, memiliki tingkat risiko (kanker) yang sama," jelas peneliti lain Brian D Green PhD.

Terlepas dari klasifikasi mengenai daging olahan ini, tim peneliti tetap menganjurkan agar masyarakat tetap menjalankan pola makan yang sehat dan seimbang sesuai dengan rekomendasi pemerintah. Di Inggris misalnya, pemerintah setempat menganjurkan agar masyarakat membatasi asupan daging olahan maksimal 70 gram per hari.

Sedangkan menurut laporan 2019 dari World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer Research, rekomendasi yang diberikan adalah pembatasan konsumsi daging merah. Daging merah sebaiknya dibatasi hanya tiga porsi sedang per minggu. Sedangkan rekomendasi untuk daging olahan adalah 'sangat sedikit' atau tidak sama sekali.

Kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang cukup banyak ditemukan di dunia. Sekitar 34 ribu dari seluruh kasus kematian akibat kanker kolorektal di dunia kemungkinan besar berkaitan dengan konsumsi daging olahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement