Kamis 19 Dec 2019 15:00 WIB

Obesitas pada Usia Paruh Baya Berisiko Terkena Demensia

Studi menemukan bahwa obesitas di usia paruih baya terkait dengan risiko demensia.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi menemukan, bahwa obesitas di usia paruh baya, terkait dengan risiko demensia yang lebih besar di kemudian hari bagi wanita (Ilustrasi Obesitas)
Foto: Telegraph
Sebuah studi menemukan, bahwa obesitas di usia paruh baya, terkait dengan risiko demensia yang lebih besar di kemudian hari bagi wanita (Ilustrasi Obesitas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan, bahwa obesitas di usia paruh baya, terkait dengan risiko demensia yang lebih besar di kemudian hari bagi wanita. Akan tetapi, diet yang buruk dan kurang olahraga tidak demikian.

Dilansir di laman INews.co.uk, Kamis (19/12), para peneliti menemukan, wanita yang mengalami obesitas pada awal penelitian, memiliki risiko demensia 21 persen lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan BMI yang diinginkan.

Baca Juga

Prosedurnya, studi ini melibatkan sebanyak 1.137.000 wanita yang lahir di Inggris antara tahun 1935 dan 1950. Mereka memiliki usia rata-rata 56 tahun dan tidak memiliki demensia pada awal studi ketika mereka ditanya tentang tinggi, berat badan, diet, dan olahraga. BMI antara 20 dan 25 dianggap diinginkan dan BMI 30 atau lebih tinggi dianggap obesitas.

Mereka yang melaporkan berolahraga kurang dari sekali dalam satu pekan, dianggap tidak aktif. Sementara, wanita yang berolahraga lebih sering dianggap aktif. Makanan yang biasa mereka makan, yang kemudian dilaporkan, digunakan untuk menghitung asupan kalori mereka.

Para ilmuwan mengikuti rata-rata wanita selama 18 tahun, dan setelah 15 tahun sejak awal penelitian, 18.695 wanita didiagnosis menderita demensia. Di antara wanita gemuk, 2,1 persen, atau 3.948 dari 177.991 wanita, didiagnosis dengan demensia.

Ini lebih sedikit dibandingkan dengan 1,6 persen wanita dengan BMI yang diinginkan. Atau setidaknya ada 7.248 dari 434.923 wanita dengan BMI yang diinginkan, didiagnosis menderita penyakit ini.

Akan tetapi, para peneliti juga menemukan, asupan rendah kalori dan tidak aktif dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi selama 10 tahun pertama penelitian. Setelah 15 tahun, tidak ada yang sangat terkait dengan risiko demensia.

"Studi lain menunjukkan, orang menjadi tidak aktif dan menurunkan berat badan hingga satu dekade sebelum mereka didiagnosis menderita demensia. Hubungan jangka pendek antara demensia, tidak aktif dan asupan rendah kalori kemungkinan merupakan hasil dari tanda-tanda awal penyakit, sebelum gejala mulai terlihat,” ujar penulis studi dari Departemen Kesehatan Populasi Nuffield di Universitas Oxford, Dr Sarah Floud,

Di sisi lain, kata dia, obesitas di usia paruh baya dikaitkan dengan demensia 15 atau lebih tahun kemudian. Obesitas adalah faktor risiko mapan untuk penyakit serebrovaskular. Penyakit serebrovaskular berkontribusi terhadap demensia di kemudian hari. Studi ini diterbitkan dalam edisi online Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.

"Walaupun ini adalah penelitian besar menggunakan catatan kesehatan NHS, pada tahap ini kami tidak dapat menggeneralisasi temuan ini untuk pria atau seluruh populasi Inggris," ujar kepala penelitian di charity Alzheimer's Research UK, Dr Sara Imarisio.

BMI, kata dia, dapat menjadi ukuran kasar dan tidak selalu merupakan indikasi yang baik untuk kesehatan umum kita. Akan tetapi, BMI dapat mengawasi jumlah lemak tubuh yang kita bawa penting untuk tubuh yang sehat dan otak yang sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement