Selasa 10 Dec 2019 01:05 WIB

Pakar Peringatkan Ancaman Virus Nipah

Virus Nipah yang mematikan dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah pada manusia

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Christiyaningsih
Virus Nipah yang mematikan dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah pada manusia. Virus Nipah adalah virus yang dibawa oleh beberapa jenis kelelawar dan babi. Ilustrasi.
Foto: EPA
Virus Nipah yang mematikan dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah pada manusia. Virus Nipah adalah virus yang dibawa oleh beberapa jenis kelelawar dan babi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA — Para pakar memperingatkan akan bahaya virus Nipah. Virus Nipah yang mematikan dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah pada manusia di Asia Selatan dan Tenggara. Virus ini memiliki potensi epidemi serius. Demikian diungkapkan Pakar Kesehatan Global dan Penyakit Menular, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (9/12).

“Dua puluh tahun telah berlalu sejak penemuannya. Tetapi dunia masih belum cukup siap untuk mengatasi ancaman kesehatan global yang ditimbulkan oleh virus Nipah,” kata Kepala Eksekutif Koalisi CEPI untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, Richard Hatchett.

Baca Juga

CEPI merupakan kemitraan antara para pakar penyakit serta organisasi publik, swasta, filantropis, dan sipil yang didirikan pada 2017. CEPI didirikan guna mencoba mempercepat pengembangan vaksin terhadap penyakit menular yang baru muncul dan belum diketahui sumbernya.

Target penyakit pertama CEPI adalah Nipah, virus yang dibawa oleh beberapa jenis kelelawar dan babi. Virus tersebut juga dapat ditularkan langsung dari orang ke orang atau melalui makanan yang terkontaminasi.

Dua tahun sejak pertama kali virus ini ditemukan, Nipah telah menyebar ke Bangladesh dan mewabah sejak 2001. Tak hanya itu, wabah Nipah pada 2018 di Kerala, India, juga telah menewaskan 17 orang.

"Wabah virus Nipah sejauh ini terbatas di Asia Selatan dan Tenggara. Namun virus ini memiliki potensi epidemi yang serius karena kelelawar buah Pteropus yang membawa virus ini ditemukan di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, yang merupakan rumah bagi lebih dari dua miliar orang," kata Hatchett.

Ia mengatakan Nipah juga dapat berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Karena itu, secara teori Nipah juga dapat menyebar ke daerah-daerah padat penduduk.

Konferensi Nipah berlangsung selama dua hari. Konferensi pertama berfokus pada virus yang mematikan. Konferensi diselenggarakan bersama oleh CEPI serta Sekolah Kedokteran Duke-NUS di Singapura.

"Saat ini tidak ada obat atau vaksin spesifik untuk infeksi virus Nipah, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia telah mengidentifikasi penyakit itu sebagai penyakit prioritas," kata seorang profesor Duke NUS dan ketua bersama konferensi, Wang Linfa. Dia berharap pertemuan itu akan mendorong para ahli untuk mencari cara bagaimana menemukan Nipah yang membawa virus tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement