REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit pneumonia atau radang paru rawan menyerang balita. Bahkan pneumonia disebut sebagai penyebab kematian balita.
Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 800 ribu balita setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, sepanjang 2018 saja, tercatat ada 19 ribu balita meninggal akibat pneumonia.
Lalu mengapa balita rentan terserang pneumonia? Dokter spesialis anak konsultan respirologi, dr Nastiti Kaswandani SpA(K) menjelaskan, bayi masih dalam masa bertumbuh karenanya mereka paling rawan terkena pneumonia.
Sistem kekebalan dan sel-sel pertahanan tubuh bayi juga belum sesempurna orang dewasa. Alhasil, bayi lebih rentan terkena infeksi daripada orang dewasa.
“Bayi itu semua organnya masih dalam tumbuh kembang. Imunitasnya juga belum sempurna dan belum kuat seperti orang dewasa, jadi ia lebih berisiko. Bukan hanya rawan terkena infeksi virus dan bakteri pneumonia, tapi bayi juga rawan terkena infeksi penyakit lain,” kata Nastiti saat ditemui di Gedung Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Salemba, Jakarta Pusat, belum lama ini..
Selain itu, menurut Nastiti, alasan lain mengapa bayi lebih berisiko terkena pneumonia ialah lantaran saluran pernapasan bayi lebih pendek daripada orang dewasa. Ketika bayi mengalami radang di hidung, maka sebaran infeksinya bisa lebih cepat menjalar ke jaringan paru.
“Demikian juga dengan pipa napasnya. Orang dewasa pipa napasnya lebih lebar, sedangkan bayi kan pipa napasnya lebih sempit, sehingga kalau ada pembengkakan sedikit saja akan langsung tersumbat," ungkap Nastiti.
Untuk itu, Nastiti menyerukan agar orang tua lebih peduli melakukan pencegahan pneumonia. Caranya antara lain dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan penuh, memberikan imunisasi yang lengkap, menghindarkan bayi dari polusi dan pajanan asap rokok, dan memastikan nutrisi bayi terpenuhi.
Dengan melakukan beberapa pencegahan itu diharapkan angka kematian bayi akibat pneumonia bisa diturunkan.