REPUBLIKA.CO.ID, Para peneliti menemukan fakta, remaja yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) berpotensi memiliki perbedaan dalam struktur otak. Mereka mengaku menggunakan teknik MRI dalam penelitian tersebut.
Para peneliti menjelaskan, remaja obesitas cenderung mengalami penurunan materi putih dalam otak. Materi putih tersebut pada dasarnya merupakan serat yang menghubungkan berbagai area dalam otak. Bagian otak tersebut bertugas untuk mengontrol emosi.
Selain itu, remaja dengan perubahan otak juga cenderung memiliki kadar hormon leptin dan insulin yang lebih tinggi. Hormon Leptin pada dasarnya berkaitan dengan pengendalian nafsu makan. Sementara Hormon Insulin bekerja mengatur kadar gula darah.
Dalam penelitian lainnya, disebutkan, orang dewasa yang memiliki kelebihan berat badan mengalami penyusutan di jaringan otaknya. Salah satu kemungkinannya, kelebihan jumlah lemak itu dapat membahayakan otak lantaran potensi inflamasi yang lebih tinggi.
Para ahli menyatakan, arah penelitian tersebut tidak diketahui secara pasti. Namun, penelitian yang dilakukan kepada 120 remaja itu telah memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan adanya keterkaitan antara obesitas dan struktur otak.
Direktur medis dari Louisville Metabolic and Atherosclerosis Research Center di Kentucky, Dr. Harols Bays mengatakan, studi tersebut menambah bukti, obesitas bukan hanya masalah perilaku dan kebiasaan. "Beberapa orang tidak melihat obesitas sebagai penyakit dan berpendapat bahwa ini semua tentang perilaku," kata Bays sebagaimana dilansir Health 24, Kamis (5/12).
Ia menjelaskan, obesitas dilatari oleh banyak hal. Menurutnya, perilaku bisa jadi merupakan faktor utamanya. Namun, permasalahan pada otak (faktor neurologis) juga terbukti berpengaruh. Sementara terkait faktor utama yang melatarbelakangi, apalah obesitas memengaruhi otak atau sebaliknya, Bays menduga, bisa jadi keduanya saling memengaruhi.
Kemudian, salah seorang psikiatri senior, Sekolah Kedokteran Mount Sinai, Icahn School of Medicine, Kota New York, Allan Geliebter menyebutkan, penelitian tersebut cukup penting karena mampu menjelaskan perbedaan struktur otak di usia remaja. Sehingga kedepanna, ia berharap penelitian tersebut dapat dilanjutkan, khususnya untuk melihat apakah perbedaan itu tetap terjadi setelah orang yang bersangkutan menurunkan berat badannya.
Peneliti yang tidak bergabung dalam proyek obesitas pada usia remaja itu juga mengaku telah melakukan penelitian kepada orang dewasa yang kemudian melakukan diet. Hasilnya, setelah empat bulan, orang yang bersangkutan mengalami peningkatan materi putih dan abu-abu dalam otak.
Sementara, salah satu mahasiswa doktor di Universitas Sao Paulo, Brazil Pamela Bertolazzi, menjelaskan, orang dengan berat badan berlebih cenderung memiliki tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Bertolazzi menjelaskan, kesimpulan tersebut didapatkan dari penelitian kepada 59 orang obesitas dan 61 orang dengan berat badan normal. Penelitian tersebut juga menggunakan teknik MRI yang dilakukan kepada anak berusia 12-16 tahun.
Ia menjabarkan, penelitiannya itu berfokus pada Fractional Anisotropy (FA). Bagian tersebut memilki fungsi untuk mengendalikan emosi dan nafsu makan. Bertolazzi menemukan, orang dengan obesitas memiliki FA yang lebih sedikit dibandingkan orang dengan berat badan normal.