REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Angka diabetes di dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, apalagi diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang umum diderita di Indonesia.
Dokter spesialis penyakit dalam Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD FACE menjelaskan, berdasarkan data International Diabetes Federation Atlas edisi ke-9 pada 2019 yang baru diumumkan 14 November, sekitar 463 juta orang di dunia merupakan penyandang diabetes. Namun, satu dari dua penyandang diabetes tidak menyadari kondisinya dan hampir 67 persen penyandang diabetes tersebut berada di usia produktif, yakni di bawah 60 tahun.
"Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 578 juta di tahun 2030 dan menjadi 700 juta di tahun 2045," kata konsultan endokrin metabolik diabetes di Perkumpulan Endokronologi Indonesia dalam acara Talk Show & Peluncuran Kampanye #LindungiKeluargadariDiabetes, di Jakarta, Selasa (26/11).
Sidartawan juga mengungkapkan, di dunia terdapat 374 juta orang dewasa mengalami toleransi glukosa terganggu (pradiabetes). Kondisi ini membuat mereka berisiko tinggi mengalami diabetes tipe dua.
Diabetes diperkirakan menghabiskan biaya sekitar 760 miliar dolar Amerika pada 2019. Diabetes menjadi salah satu di antara 10 pembunuh nomor satu di dunia dengan korban jiwa rata-rata berusia dibawah 60 tahun.
Indonesia, menurut Sidartawan, menduduki peringkat ketujuh penyandang diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah 10,7 juta. Angka ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2045 menjadi 16,6 juta penyandang.
Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat ketiga penyandang toleransi glukosa terganggu atau pradiabetes terbanyak dengan jumlah 29,1 juta pada tahun 2019, Diperkirakan, angkanya akan meningkat menjadi 35,7 juta pada tahun 2045, yang mengindikasikan semakin tingginya paparan risiko diabetes di Indonesia, khususnya diabetes tipe 2.
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan riskesdas 2013, antara lain kanker, strok, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus dan hipertensi. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi kencing manis naik dari 6,9 persen jadi 8,5 persen. Bahkan sekarang 10,9 persen.
Provinsi terbanyak Maluku Utara dan Kalimantan Timur, namun stekah diobati angkanya menurun. Kini, angka tertinggi diabetes adalah DKI Jakarta.