REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berdasarkan penelitian terbaru, para orang tua harus memiliki dan menunjukkan sifat penting pada anak-anaknya. Meskipun sulit, hal tersebut nyatanya juga dilakukan oleh para orang tua dari anak-anak paling sukses dengan cara yang berbeda.
Cara-cara tersebut di antaranya:
Membatasi Waktu Layar
Upaya pertama yang biasanya dilakukan adalah tidak membiarkan anak menatap layar peranti elektronik terus menerus. Hal tersebut buruk bagi perkembangan dan kesehatannya.
Melarang anak menatap layar memang sulit. Selain kebutuhan, kondisi untuk terus terhubung satu sama lain juga menjadi alasan.
Sebuah penelitian dari American Academy of Pediatrics (AAP) menemukan bahwa anak yang melampaui batas menatap layar yang ditentukan, sebenarnya memiliki otak yang kurang fungsional. Lebih lanjut, peneliti juga menguji kemampuan bahasa dan literasi 47 anak prasekolah antara usia tiga dan lima tahun dan melakukan pencitraan pada otak mereka.
Hasilnya, anak-anak yang memiliki tingkat penggunaan media berbasis layar yang lebih tinggi. Serta memiliki integritas mikrostruktur saluran materi putih yang lebih rendah.
Tidak Memukul
Kedua, para orang tua yang baik juga tidak memukul, AAP baru-baru ini juga mengeluarkan pernyataan terkait hal ini. Berdasarkan penelitian beberapa tahun terakhirnya menyebutkan,bahwa hukuman fisik dapat memberikan banyak kerugian pada anak.
Memukul menyebabkan perilaku anak yang agresif dan menantang, bahkan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental dan masalah kognisi. Termasuk dapat berdampak negatif pada hubungan orangtua dan anak.
Kehangatan Orang Tua
Orang tua perlu menerima anak dengan lebih hangat. Memang utamanya, hal ini lebih berlaku pada ibu, seperti tertuang dalam studi yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Buffalo, New York.
Mereka mempelajari lebih dari 140 remaja dan menemukan ibu yang hangat dan ramah membuat remaja cenderung bisa menata hubungan di kemudian hari. Dalam penelitian, prosesnya dimulai dengan mendengar paparan terkait konflik dengan orang tua dan hubungan lainnya, kemudian mereka mengisi serangkaian survei di delapan kelas di sekolah menengah.
"Anak-anak membentuk model kerja internal tentang diri mereka sendiri dan orang lain berdasarkan kualitas hubungan mereka dengan orang tua mereka," kata ketua peneliti Jennifer Livingston seperti dilansir dari laman Inc.
Dia menambahkan, jika pengasuh utama anak tersebut kasar atau tidak konsisten, anak-anak cenderung untuk memandang diri mereka sebagai orang yang tidak dicintai. Dan melihat orang lain sebagai individu yang sulit dipercaya, bahkan cenderung bermusuhan.
“Tetapi perilaku pengasuhan positif yang ditandai dengan penerimaan dan kehangatan, membantu anak-anak membentuk model kerja internal yang positif dari diri mereka sebagai pihak yang menyenangkan dan pantas dihargai," katanya.
Cukup Tidur
Keempat, para orang tua yang baik juga memastikan anaknya cukup tidur. Lebih jauh, beberapa penelitian juga menganalisis berbagai survei dan tanggapan dari orang tua ataupun pengasuh.
Menurut AAP, tidur anak yang cukup setidaknya selama Sembilan jam pada rata-rata anak usia enam hingga 12 tahun. Dan setidaknya delapan jam bagi anak 13-17 tahun.
Namun demikian, dari 49.050 anak yang diteliti, sekitar sepertiganya tidak cukup tidur pada malam hari. Sebab belum semua orang tua menganggap tidur cukup hal serius. Pasalnya, berdasarkan fakta lain, anak yang kurang tidur nyatanya cenderung menunjukkan minat untuk belajar hal baru dan menyelesaikan apa yang mereka mulai.
Bermain dengan Anak
Hal terakhir yang dilakukan orang tua yang baik adalah bermain dengan anak-anaknya. Aktivitas tersebut, bisa menghasilkan oksitosin yang merupakan hormon penting dalam kesehatan mental. Hormon itu juga berfungsi untuk interaksi sosial dan lainnya.
Bahkan para peneliti menemukan bahwa, ibu dan anak yang terlibat pada sesi bermain bersama, mengalami perubahan epigenetic dalam DNA. Sehingga ada peningkatan ekspresi gen reseptor oksitosin.