Kamis 21 Nov 2019 07:30 WIB

Studi: Kaldu Sup dari Dapur Keluarga Bisa Lawan Malaria

Kaldu sup buatan sendiri kemungkinan memiliki sifat antimalaria.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Hasil studi di Inggris memperlihatkan kaldu sup tradisional dari daging, ayam, atau sayuran memiliki zat antimalaria.
Foto: chriskresser
Hasil studi di Inggris memperlihatkan kaldu sup tradisional dari daging, ayam, atau sayuran memiliki zat antimalaria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa kaldu sup bening buatan sendiri dengan kaldu dari ayam, daging, atau sayuran kemungkinan memiliki sifat antimalaria. Studi ini dilakukan oleh para peneliti di Imperial College London, Rumah Sakit Great Ormond Street untuk Anak-Anak NHS Trust, dan Eden Primary School, London.

Studi ini menganalisis sup yang dibawa oleh anak-anak ke sekolah untuk diteliti apakah kaldu sup sayuran atau daging mereka dapat memiliki sifat antimalaria. Anak-anak itu datang dari berbagai latar belakang etnis, dari seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah.

Baca Juga

Secara total, para peneliti menguji 56 kaldu bening dengan menginkubasi ekstrak tiap sup selama 72 jam. Temuan yang dipublikasikan di Archives of Disease in Childhood menunjukkan bahwa lima kaldu mampu memperlambat pertumbuhan parasit Plasmodium falciparum hingga lebih dari 50 persen.

Efek ini sebanding dengan obat antimalaria dihidroartemisinin terkemuka. Selain itu, empat kaldu lainnya tampak lebih dari 50 persen efektif menghambat kematangan parasit yang juga berpotensi menghentikan penularan penyakit.

Sup yang dibawa anak-anak tersebut dibuat dari resep turun-temurun. Selama ini, sup buatan rumah itu terkenal bisa meredakan demam.

Namun, kegunaan setiap kaldu yang diketahui memiliki aktivitas antimalaria, tentu saja akan sangat tergantung pada standardisasi persiapan sup. Peneliti tidak menemukan kesamaan bahan dari berbagai resep yang membuat kaldu sup mengandung antimalaria.

"Proses memasak dan persiapan sup juga memengaruhi kegunaan dari setiap kaldu sup," kata peneliti seperti dilansir Malay Mail, Rabu (20/11).

Reuters melansir, temuan baru ini menegaskan bahwa "kita harus terbuka terhadap gagasan perawatan baru yang berasal dari obat-obatan tradisional," kata rekan penulis Jake Baum, seorang profesor biologi sel dan penyakit menular di Imperial College London.

"Anak-anak, dan semoga orang dewasa juga, dapat memahami bahwa apa yang memisahkan obat alami dari obat adalah bukti," ujar Baum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement