Kamis 21 Nov 2019 03:20 WIB

Dua Langkah untuk Mencegah Hot Flashes Saat Menopause

Hot flashes saat menopause bisa dihindari dengan dua langkah.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Ada dua langkah yang dapat ditempuh perempuan agar terhindar dari hot flashes saat menopause.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ada dua langkah yang dapat ditempuh perempuan agar terhindar dari hot flashes saat menopause.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa hot flashes atau rasa panas yang tiba-tiba menyerang bagian tubuh hingga membuat perempuan menopause berkeringat saat malam hari ternyata bisa dicegah dengan dua langkah. Perempuan cukup menjaga berat badan dan berhenti merokok sebelum usia 40 tahun.

Temuan itu merupakan hasil penelitian yang dikerjakan sejumlah peneliti dari School of Public Health di University of Queensland, Australia. Riset yang dipimpin Dr Hsin-Fang Chung itu dipublikasikan di American Journal of Obstetrics and Gynecology.

Baca Juga

Penelitian itu dilakukan lantaran setiap tahun ada 1,5 juta perempuan yang memasuki fase menopause. Di antara mereka ada yang merasakan masa transisi yang membuat tidak nyaman lantaran hot flashes dan berkeringat saat malam hari. Dua masalah menopause itu kerap disebut gejala vosomotor.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa 85 persen perempuan menopause merasakan hot flashes. Gejalanya ditandai dengan adanya rasa gerah yang tiba-tiba datang di bagian leher, dada dan muka. Penyebabnya karena adanya misfungsi pada bagian otak yang berfungsi mengatur suhu tubuh.

Dr Hsin-Fang Chung melakukan penelitiannya dengan melibatkan 21.460 perempuan yang berusia sekitar 50 tahun. Ia berupaya melihat kaitan berat tubuh dengan kebiasaan merokok serta pengaruhnya terhadap gejala vosmotor.

Temuannya, 60 persen subjek penelitian mengalami masalah gejala vosomotor, baik itu hot flashes ataupun keringat malam. Setengah partisipan adalah perempuan yang kelebihan berat badan, 21 persen obesitas, dan 17 persen partisipan adalah perokok.

"Perempuan obesitas memiliki risiko hampir 60 persen lebih tinggi untuk sering mengalami gejala vasomotor dan lebih parah dibandingkan perempuan dengan berat badan normal," kata Chung sebagaima dikutip dari laman Medical News Today, Rabu (20/11).

Begitupun perempuan yang merokok. Risiko mereka 80 persen lebih tinggi terkena gejala vosmotor dibandingkan perempuan tak merokok. Risiko tiga kali lebih tinggi ada pada perempuan yang obesitas dan sekaligus merokok.

"Risiko mengalami gejala vasomotor yang sering atau parah sangat tinggi bagi perempuan yang merokok lebih dari 20 batang per hari atau merokok selama lebih dari 30 tahun," ucap Chung.

Peneliti lainnya yang mengerjakan riset itu, Gita Mishra, mengatakan, jika perempuan baru berhenti merokok sebelum usia 40 tahun, maka risiko gejala vosomotornya bisa sama dengan perempuan tak pernah merokok. Oleh karena itu, membuat keputusan sedini mungkin untuk berhenti merokok dan menjaga berat badan akan memberikan manfaat untuk masa menopause.

"Menunggu sampai transisi menopause atau pasca menopause sudah terlambat untuk mencapai manfaat maksimal dari temuan ini," ujar Mishra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement