REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar kesehatan pemerintah Amerika Serikat (AS) merekomendasikan agar obat minyak ikan diresepkan secara lebih luas. Sebab, hasil studi terbaru menyebutkan bahwa obat minyak ikan yang harus bisa mencegah serangan jantung.
Panel penasihat untuk Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) menyampaikan dukungannya dengan suara bulat pada Kamis (14/11). Mereka mendukung ekspansi pemanfaatan minyak ikan secara lebih luas demi mengurangi risiko masalah jantung yang mengancam jiwa.
“Tidak ada keraguan bahwa obat ini dapat menguntungkan sebagian besar populasi AS dan memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi,” kata Dr Jack Yanovski, seorang panelis dan spesialis hormon dari National Institutes of Health federal, dilansir dari AP.
Saat ini, obat minyak ikan merek Vascepa keluaran Amarin, produsen asal Irlandia, masih digunakan secara terbatas di AS. Terutama pasien dengan kadar trigliserida yang sangat tinggi. Trigliserida merupakan sejenis lemak dalam darah yang dikaitkan dengan penyakit jantung.
Amarin mencoba mendapatkan persetujuan agar obat minyak ikannya bisa diresepkan kepada kelompok pasien yang lebih luas, yakni mereka yang memiliki kadar lemak rendah, tetapi punya risiko penyakit jantung. Dengan minum obat minyak ikan, mereka tak butuh obat-obatan jenis statin, seperti Lipitor dan Zocor, yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol.
Meski mendapat dukungan penuh, namun FDA tidak diwajibkan untuk mengikuti saran panel penasihat tersebut. FDA pun memastikan akan mengambil keputusan pada akhir tahun ini.
Panelis mendasarkan dukungannya itu pada hasil studi terbaru yang menemukan bahwa Vascepa dapat mengurangi risiko serangan jantung, arteri yang tersumbat, dan masalah kardiovaskular. Hasil ini mengejutkan publik lantaran penelitian sebelumnya tak menemukan manfaat minyak ikan untuk masalah jantung.
Meski demikian, para panelis juga mencatat bahwa obat minyak ikan memiliki sejumlah efek samping, seperti peningkatan detak jantung dan pendarahan internal. Namun, mereka sepakat bahwa dokter bisa mengelola pemberian obat agar manfaatnya tetap lebih tinggi daripada risikonya.