Rabu 13 Nov 2019 17:25 WIB

Sepekan Cuma 4 Hari Kerja, Microsoft Lejitkan Produktivitas

Produktivitas karyawan Microsoft naik dengan sistem empat hari kerja dalam sepekan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Pekerja kantoran. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Pekerja kantoran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Microsoft Jepang menerapkan eksperimen empat hari kerja untuk para pegawainya. Metode itu dianggap sukses meningkatkan produktivitas karyawan dan membuat angka penjualan perusahaan meningkat hampir sebesar 40 persen.

Sepanjang Agustus 2019, kantor meliburkan pegawai yang berstatus karyawan tetap pada Jumat, Sabtu, dan Ahad. Kantor menetapkan aturan bahwa rapat hanya boleh berlangsung selama maksimal 30 menit dan sisanya bisa didiskusikan secara daring.

Baca Juga

Eksperimen musim panas Microsoft yang dinamai "Work Life Choice Challenge 2019" itu juga membawa keuntungan bagi perusahaan. Selama periode eksperimen, ada pengurangan 23 persen konsumsi listrik, serta 59 persen penggunaan kertas dan printer.

Raksasa teknologi itu berencana melakukan eksperimen kedua "Work Life Choice Challenge" musim dingin mendatang. Karyawan kemungkinan tidak lagi diminta bekerja empat hari sepekan, tetapi dengan bentuk perlakuan lain yang memiliki waktu rehat cukup.

Kebijakan itu cukup mengejutkan, mengingat Jepang adalah salah satu negara dengan jam kerja terpanjang di dunia. Survei pada 2017 mengungkap bahwa hampir seperempat pegawai Jepang memiliki jam lembur lebih dari 80 jam sebulan, mayoritas tanpa dibayar.

Meski begitu, tidak semua pihak sepakat dengan konsep empat hari kerja sepekan. Sebuah laporan yang dibuat bersama Partai Buruh di Inggris menganggap hal  tidak realistis. Walau terkesan berpihak pada karyawan, pada pelaksanaannya tidak selalu demikian.

"Meskipun sebagian pegawai bekerja dengan jam kerja lebih singkat daripada yang mereka inginkan, kebanyakan orang pada akhirnya justru menyelesaikan pekerjaannya lebih lama dari yang seharusnya," tulis laporan yang dirilis pada September itu, dikutip dari laman BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement