Sabtu 09 Nov 2019 02:30 WIB

UNICEF: Polusi Udara Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

UNICEF menyerukan negara dengan polusi udara buruk segera cari solusi strategis.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Kabut polusi udara menyelimuti kawasan Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Kabut polusi udara menyelimuti kawasan Jakarta, Selasa (8/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore mengingatkan bahwa toksisitas polusi udara dapat memengaruhi perkembangan otak anak-anak. Ia pun mendorong agar negara-negara dengan polusi udara buruk untuk segera mengambil solusi strategis.

Fore mengatakan hal itu ketika ia berkunjung ke India belum lama ini. Namun, peringatan itu juga mesti jadi perhatian negara-negara lain, seperti halnya Indonesia.

Baca Juga

"Saya melihat sendiri bagaimana anak-anak terus menderita akibat polusi udara. Kualitas udara berada pada tingkat krisis. Anda bisa mencium kabut beracun bahkan dari balik masker penyaringan udara," kata Fore, dilansir dari Times Now News, Jumat (8/11).

Fore menjelaskan, polusi udara berdampak lebih parah pada perkembangan anak dan dampaknya  bisa berlanjut sepanjang hidup anak. Itu lantaran paru-paru anak lebih kecil, anak juga bernapas dua kali lebih cepat daripada orang dewasa.

Dia juga mengungkapkan bahwa buruknya polusi udara bisa merusak jaringan otak dan merusak perkembangan kognitif bayi dan anak kecil. Kerusakan ini bisa memengaruhi hasil belajar anak di masa depan.

“Remaja yang terpapar polusi udara yang lebih tinggi juga dimungkinkan mengalami masalah kesehatan mental, aka UNICEF menyerukan tindakan segera untuk mengatasi krisis kualitas udara ini,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement