Jumat 01 Nov 2019 22:28 WIB

Kedelai Jadi Alternatif Atasi Sindrom Metabolik

Kandungan protein dalam kedelai paling lengkap di antara jenis nabati lainnya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Kedelai.
Foto: Pixabay
Kedelai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sederet studi telah mengungkap bahwa kedelai mampu menjadi alternatif mengatasi sindrom metabolik. Pakar gizi Rita Ramayulis mengatakan, kedelai memiliki keunggulan karena kandungan protein paling lengkap di antara jenis nabati lainnya.

"Kedelai punya zat fitokimia. Fitosterol yang ada pada kedelai terbukti dalam penelitian mampu menghalangi penyerapan kembali kolesterol ke dalam hati. Kolesterol dari makanan yang kita makan dan yang berasal dari tubuh tidak akan diserap lagi," ujarnya.

Baca Juga

Perempuan kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, itu menjelaskan, menfaat kedelai menjadi lebih baik saat diolah menjadi tempe. Proses fermentasi membuat zat gizinya bertambah, termasuk isoflavon yang melindungi tubuh dari radikal bebas.

Menurut Rita, sindrom metabolik perlu diwaspadai betul karena merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kumpulan berbagai macam gejala perubahan reaksi kimia dalam tubuh itu meningkatkan risiko serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler.

Terdapat empat gejala atau kegagalan kimiawi dalam tubuh. Faktor risiko tersebut antara lain besarnya lingkar perut, peningkatan kadar glukosa darah, peningkatan tekanan darah, serta perubahan profil dari lipid darah (kolesterol, LDL, dan trigliserida).

Rita menyoroti, cikal bakal sindrom metabolik adalah kelebihan berat badan. Dua cara mendasar untuk mengatasinya adalah mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang dan melakukan latihan fisik yang akan berkontribusi besar menekan risikonya.

Konsultan gizi kebugaran di berbagai lembaga itu menganjurkan perlunya memerhatikan faktor spesifik lain. Misalnya, mengurangi konsumsi gula untuk mengurangi lingkar perut, menghindari lemak trans, juga berhenti merokok serta minum alkohol.

Memodifikasi asupan natrium, kalium, dan kalsium dalam menu harian juga sangat membantu. Perempuan yang menyelesaikan studi doktoral di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu terus mengingatkan makan dengan nutrisi seimbang.

"Definisi gizi seimbang, tidak ada makanan yang menjadi superfood ataupun dimusuhi. Semua baik di dalam tubuh ketika memberikan interaksi positif, tapi kalau lihat peranan terkait sindrom metabolik, kedelai sangat bersahabat," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement