Kamis 31 Oct 2019 09:18 WIB

Label Kalori, Efektif Turunkan Konsumsi Kalori

Studi temukan konsumsi makanan berkurang 60 kalori lewat adanya label kalori.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Indira Rezkisari
Label kalori di makanan.
Foto: Flickr
Label kalori di makanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian mengonfirmasi, memasang label kalori pada menu, terbukti dapat memangkas jumlah kalori yang dikonsumsi oleh konsumen. Penggunaan label kalori bisa didorong kepada restoran-restoran.

Dilansir dari laman Daily Mail, Kamis (31/10), pemimpin kesehatan di Inggris saat ini sedang mempertimbangkan, apakah  mengeluarkan label kalori menjadi peraturan wajib di di seluruh negeri. Sementara, skema ini sebenarnya telah diperkenalkan di AS pada Mei 2018.

Baca Juga

Akan tetapi, hanya ada sedikit bukti nyata tentang efektivitasnya. Namun, para ilmuwan Universitas Harvard kini menemukan bukti lain. Orang yang mengonsumsi makanan 60 kalori, lebih sedikit dengan adanya peraturan label kalori pada menu.

Mereka menganalisis lebih dari 50 juta pembelian di 104 restoran. Analisa itu dilakukan baik sebelum maupun sesudah label kalori menjadi wajib di AS.

Tim yang dipimpin oleh Dr Josh Petimara dalam penelitian itu, hanya melihat waralaba makanan di Deep South. Wilayah itu merupakan wilayah di mana tingkat obesitas termasuk yang tertinggi di negara ini.

Mereka mengambil data penjualan mingguan dari restoran dua tahun sebelum kebijakan pelabelan. Yaitu pdari April 2015 hingga April 2017, serta satu tahun setelahnya.

Peneliti menghitung total kalori untuk setiap menu dan mengelompokkan ke lima kategori. Mereka dibagi menjadi hidangan utama, makanan sampingan dan makanan penutup, gula dan minuman manis, minuman rendah kalori, dan bumbu.

Setelah menyesuaikan dengan tren baseline, musim dan hari libur, mereka mengaitkan label kalori dengan penurunan langsung 60 kalori per transaksi, atau 4 persen dari total kalori yang dibeli.

Namun, penurunan awal ini diikuti oleh peningkatan kecil kalori mingguan per transaksi selama tahun berikutnya. Jadi pada akhir penelitian, pengurangan 60 kalori telah berkurang menjadi hanya 23 kalori lebih sedikit untuk setiap pembelian yang dilakukan.

Penulis mencatat, peningkatan tren ini dapat terjadi lebih cepat di antara orang-orang dengan pendapatan lebih rendah. Meskipun demikian,.hasil ini harus dilihat dengan hati-hati.

Mereka menunjukkan beberapa batasan penelitian, seperti tidak dapat menghitung kalori yang dibeli per orang atau mengukur modifikasi makanan. Termasuk menambahkan bumbu, minum isi ulang, atau berapa banyak setiap makan dimakan.

"Sebelum menarik kesimpulan tentang efektivitas keseluruhan pelabelan kalori sebagai kebijakan nutrisi, penelitian di masa depan harus dilakukan untuk memperkirakan efek pelabelan dalam periode yang lebih lama. Terutama sekali restoran memiliki waktu yang cukup untuk merumuskan kembali menu mereka," para penulis menyimpulkan.

Para peneliti di University of Oxford memuji temuan itu dalam tajuk rencana yang terkait. Tetapi mereka memperingatkan bahwa pelabelan wajib dapat menyebabkan restoran menjejalkan piring mereka dengan garam atau gula untuk menurunkan kalori tetapi mempertahankan rasanya.

Meskipun hasil ini mungkin mengecewakan bagi sebagian orang, mereka mencatat bahwa perubahan kecil pada asupan kalori dapat memiliki efek yang berarti pada tingkat populasi. Mereka menyerukan pendekatan lintas pemerintah multi sektor untuk mengatasi obesitas.

Riset yang mirip juga sebelumnya telah dilakukan oleh Universitas Cambridge. Peneliti Dolly Theis mengatakan, studi ini adalah studi pertama yang melihat perbedaan kandungan gizi makanan dari restoran dengan dan tanpa label menu di Inggris.

"Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, restoran yang menyediakan informasi tentang kalori pada menu juga menyajikan makanan yang lebih sehat, dalam hal kadar lemak dan garam," kata dia.

Menurutnya, selain memberikan informasi yang berguna bagi pelanggan, pelabelan menu wajib dapat memberikan insentif kepada restoran untuk menyajikan makanan dan minuman yang lebih sehat. "Ini berarti segalanya menjadi lebih mudah bagi konsumen untuk memilih opsi yang lebih sehat," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement