REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manfaat meminum kopi terus diuji sejumlah peneliti. Beberapa studi terus menemukan manfaat dari minum kopi. Akan tetapi bagaimana tepatnya kopi menghasilkan semua manfaat kesehatan, masih tetap menjadi misteri.
Dilansir di laman Medical News Today, Kamis (31/10), sebuah penelitian baru menyoroti mekanisme di balik efek kopi dengan melihat hubungan antara kopi dan kesehatan mikrobiota usus. Adalah Li Jiao, dari Baylor College of Medicine di Houston, TX, yang juga penulis senior dan koresponden penelitian ini.
Shawn Gurwara, juga dari Baylor College, yang merupakan penulis pertama makalah ini, mempresentasikan temuan di American College of Gastroenterology (ACG) di Pertemuan Ilmiah Tahunan 2019, yang berlangsung di San Antonio, TX. Jiao dan timnya, meneliti mengenai hubungan antara konsumsi kafein dan komposisi dan struktur mikrobiota usus-kolon.
Metodenya, para ilmuwan meminta 34 peserta untuk menjalani pemeriksaan kolonoskopi dan endoskopi untuk memastikan kesehatan usus mereka. Para peneliti memperoleh 97 biopsi mukosa kolon snap-beku dari berbagai segmen dari individu-individu ini.
Lalu, para peneliti mengekstraksi DNA mikroba, dan melakukan analisis urutan 16-rRNA. Selain itu, para peserta menjawab kuesioner frekuensi makanan yang dikelola sendiri untuk mengevaluasi asupan kopi harian yang dikonsumsi masing-masing peserta.
Tim peneliti membagi asupan kopi menjadi konsumsi kopi tinggi, yaitu setidaknya 82,9 miligram (mg) per hari. Dan konsumsi kopi rendah, yaitu kurang dari 82,9 mg setiap hari.
Minum kopi (ilustrasi)
Hasilnya, analisis mengungkapkan bahwa konsumen dengan jumlah konsumsi kafein yang tinggi memiliki tingkat genera bakteri Faecalibacterium dan Roseburia yang tinggi. Akan tetapi, tingkat Erysipelatoclostridium, yaitu genus bakteri yang berpotensi berbahaya justru ditemukan rendah.
Meskipun merupakan bagian dari usus sehat yang normal, kadar Erysipelatoclostridium ramosum (E. ramosum) yang berlebihan mungkin berbahaya bagi tubuh. Tim peneliti menemukan hubungan ini terlepas dari usia peserta atau kualitas diet yang sedang mereka lakukan.
Penelitian sebelumnya pada manusia, telah mengaitkan E. ramosum dengan sindrom metabolik. Dan penelitian pada hewan, ditemukan hubungan dengan peningkatan glukosa usus kecil dan transporter lemak yang meningkatkan obesitas yang disebabkan oleh diet.
Selain itu, para peneliti juga menemukan tingkat bakteri lain yang lebih tinggi, yang biasanya terdeteksi dalam mikrobioma usus pada konsumen kopi tinggi. Bakteri ini termasuk Odoribacter, Dialister, Fusicatenibactor, Alistipes, Blautia, dan berbagai strain Lachnospiraceae.
"Konsumsi kafein yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan kekayaan dan kerataan mikrobiota usus terkait mukosa, dan kelimpahan relatif lebih tinggi dari bakteri anti-inflamasi. Seperti Faecalibacterium dan Roseburia dan tingkat yang lebih rendah dari Erysipelatoclostridium yang berpotensi berbahaya," demikian simpulan penulis penelitian.