REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum turunnya hujan lebih dari dua pekan yang disertai suhu udara tinggi akibat teriknya matahari, bahkan tercatat hingga 37 derajat celcius (normal 30-33 derajat celcius), berpotensi mengakibatkan gangguan kesehatan. Salah satunya adalah heat stroke yang dapat dialami masyarakat yang sebagian besar kegiatannya di luar ruangan.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Jumat (25/10), membeberkan cara agar masyarakat mampu mengatasi kondisi kegagalan tubuh untuk melakukan pendinginan baik dengan cara berkeringat atau penguapan dari kulit akibat suhu panas di sekitar tersebut.
"Sedikitnya ada lima cara untuk mengatasi kondisi yang disebabkan oleh suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu tubuh yang disertai kelembapan udara yang rendah ini," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti, dalam pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Jumat (25/10).
Lima tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi heat stroke tersebut adalah, pertama berpindah ke ruang yang sejuk atau ruang terbuka yang terlindung dari panas matahari dan melonggarkan pakaian.
Kedua memberikan air suam-suam kuku atau dingin pada kulit dengan cara disemprotkan melalui semprotan air.
Ketiga, mengipasi kulit yang telah dibasahi dengan kipas angin atau koran atau benda lainnya untuk mempercepat penguapan dan memberikan kantong berisi es di ketiak.
Keempat, memberikan cairan infus garam fisiologis dengan membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat.
Dan kelima, memantau suhu tubuh dengan termometer dan lanjutkan pendinginan sampai suhu tubuh mencapai normal.
Lebih lanjut, Widyastuti menjelaskan terdapat dua bentuk heat stroke, yakni Exertional Heat Stroke (EHS) yang umumnya terjadi pada orang muda yang terlibat dalam aktivitas fisik berat untuk jangka waktu lama dalam lingkungan panas.
"Serta Non Exertional Heat Stroke (NEHS) yang lebih sering mempengaruhi orang tua, orang yang sakit kronis dan orang yang sangat muda," kata dia.
Ketidakseimbangan antara produksi panas dan pembuangan panas yang disebabkan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu tubuh ini, menyebabkan penumpukan panas yang berlebih di dalam tubuh. Dan kerusakan disebabkan karena suhu tinggi/ panas mengenai permukaan kulit, pembuluh darah, organ dan parenkim, serta sistem saraf pusat.
"Gejalanya orang yang terserang heat stroke meliputi kelelahan, pusing, mual dan muntah. Sedangkan tanda heat stroke meliputi peningkatan suhu di atas 40.5 derajat celcius, berkurangnya kemampuan untuk menurunkan suhu tubuh (berhenti bekeringat, kulit menjadi panas), penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung dan peningkatan frekuensi napas (sesak napas)," tuturnya.
Pencegahan
Jika kondisi tersebut terus berlangsung, lanjut Widyastuti, bisa menyebabkan perubahan status mental, yang disertai dengan tanda-tanda yang mengancam jiwa seperti: disseminated intravascular coagulant (DIC), termasuk epistaxis, pendarahan dari saluran intra vena, luka memar, edema paru, tanda dari Acute Renal Failure (ARF), termasuk edema periperal.
"Karena itu, lebih baik mencegah atau menghindari sengatan panas itu," tutur Widyastuti.
Cara untuk mencegah atau menghindari sengatan panas adalah: Pertama, mengaklimatisasi atau penyesuaian suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Kedua, tidak berada di terik matahari langsung, antara pukul 10.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Ketiga, memakai payung dan berbekal minuman serta semprotan air jika harus ke luar rumah terutama pada siang hari. Keempat, perbanyak minum air putih setiap hari per satu hingga dua jam, jangan menunggu haus.
Kelima, saat berada di luar ruangan dianjurkan sering menyemprotkan air di muka dan bagian tubuh lainnya. Keenam, hindari minum kopi dan yang mengandung gula, karena akan mempercepat dehidrasi.
Ketujuh, tidak melakukan aktivitas berlebihan pada saat terik panas matahari. Kedelapan, menjaga kondisi badan tetap segar, cukup istirahat dan tidur 6-8 jam sehari semalam.
Kesembilan, menggunakan pakaian yang agak longgar agar memudahkan penguapan. Kesepuluh perbanyak makan buah-buahan segar, seperti jeruk, apel, pear dan lainnya.
Kesebelas, menggunakan krim tabir surya dan menggunakan topi untuk menutup kepala agar terlindungi dari sinar matahari.
"Jika terasa letih, stop aktivitas dan usahakan ke tempat yang sejuk," tutur Widyastuti menambahkan.
BMKG mencatat suhu udara siang hari di sejumlah daerah di Indonesia terasa lebih panas dari biasanya. Suhu maksimum dapat mencapai 37 derajat Celcius sejak 19 Oktober lalu.
Di Jakarta, Petugas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kramatjati, Jakarta Timur, mencatat jumlah kunjungan pasien selama suhu cuaca panas hingga 37 derajat Celcius mencapai 800 orang perhari dengan jenis penyakit rata-rata berhubungan dengan suhu panas.