Rabu 23 Oct 2019 17:30 WIB

Kecepatan Berjalan di Usia Paruh Baya Jadi Indikator Penuaan

Kecepatan berjalan seseorang bisa mengindikasikan penuaan fisik dan neurologis.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Pekerja dan pejalan kaki saat jam makan di Circulay Quay di bawah cantiknya kanopi pohon jacaranda di Sydney, Australia.
Foto: EPA
Pekerja dan pejalan kaki saat jam makan di Circulay Quay di bawah cantiknya kanopi pohon jacaranda di Sydney, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- JAMA Network Open mempublikasikan hasil riset terbarunya terkait kecepatan berjalan dengan penuaan seseorang. Kecepatan berjalan diteliti pada orang di usia 45 tahun. Hasilnya, langkah seseorang bisa mengindikasikan penuaan fisik dan neurologis.

"Seberapa cepat orang berjalan di usia paruh baya memberi tahu kita banyak tentang berapa lama tubuh dan otak mereka menua seiring waktu," kata penulis utama riset tersebut, Line Jee Hartmann Rasmussen, kepada Health, Rabu (23/10).

Baca Juga

Rasmussen yang kini sedang menempuh pendidikan pascadoktoral di Duke University, Amerika Serikat (AS) juga menyebut bahwa kecepatan berjalan bisa mengindikasikan kesehatan otak seseorang seumur hidupnya. Dalam studi tersebut, para peneliti mengumpulkan data dari 1.000 warga Selandia Baru yang berusia lebih dari 40 tahun. Mereka adalah warga yang lahir tahun 1972 dan 1973.

Para peneliti mengumpulkan data mulai dari kecerdasan, ketrampilan bahasa, dan emosional. Selain itu, mereka juga melihat indeks massa tubuh, tekanan darah, dan kadar kolesterol. Penuaan wajah juga ikut dinilai dan yang terpenting, kecepatan mereka berjalan.

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data tersebut, mereka menemukan bahwa langkah kaki paling lambat ada di angka 3,9 kaki per detik. Secara rata-rata kecepatan semua responden adalah 5,7 kaki per detik. Hasil itu membawa para peneliti ini pada tiga kesimpulan.

Pertama, seseorang yang berjalan lambat pada usia paruh baya menunjukkan adanya fungsi fisik yang telah rusak. Kesimpulan ini sama dengan sebuah penelitian sebelumnya yang respondennya orang tua.

Kedua, seseorang yang berjalan lambat berbanding lurus dengan percepatan penuaan. Tidak hanya penuaan lantaran kerusakan organ tubuh, tapi juga penuaan wajah dan struktural otak. Secara sederhana, penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang berjalan lebih cepat akan menua lebih lambat.

Ketiga, terdapat hubungan antara berjalan lambat dengan fungsi neurokognitif yang memburuk. Mereka yang berjalan lebih cepat memiliki IQ lebih tinggi dan risiko demensia yang lebih kecil.

"Berjalan barangkali sesuatu yang sangat sederhana, tetapi berjalan sebenarnya membutuhkan fungsi dan interaksi dari banyak sistem organ yang berbeda pada saat bersamaan. Mulai dari tulang, jantung, paru-paru, otot, penglihatan, sistem saraf, dan sebagainya," jelas Rasmussen.

Jadi, menurut Rasmussen, berkurangnya kecepatan berjalan bisa menjadi tanda penuaan lanjut dan memburuknya fungsi organ. Ia pun menyarankan agar setiap orang mulai memerhatikan kesehatannya, bukan saat usia 45 tahun, tapi mulai dari sekarang.

"Jaga kesehatan dan latih paru, otak, jantung, dan hal lainnya. Hal itu bisa meningkatkan kesehatan fisik dan kognitif Anda dan dengan demikian kecepatan berjalan Anda juga akan lebih dari biasanya,” kata Rasmussen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement