Kamis 17 Oct 2019 16:30 WIB

Enam Tahun Vakum, JakJazz Kembali Hadir

Jazz Tekhnotronik akan menjadi teman JakJazz.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers Kick Off konser ‘JakJazzin Aja’ yang rencananya akan digelar pada 6 Desember 2019, konpers dilakukan di Ellise Lounge The Tribata, Jakarta Selatan, Rabu (16/10).
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Konferensi pers Kick Off konser ‘JakJazzin Aja’ yang rencananya akan digelar pada 6 Desember 2019, konpers dilakukan di Ellise Lounge The Tribata, Jakarta Selatan, Rabu (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lama tak terdengar setelah pendiri Jakarta International Jazz (JakJazz), Ireng Maulana meninggal dunia, kini JakJazz akan kembali digelar. Seiring berubahnya zaman, JakJazz akan menampilkan pertunjukan dengan nuansa teknologi kekinian ala generasi millenial.

Dengan menyasar musisi-musisi muda yang sudah menggabungkan musik jazz dengan berbagai macam alat musik elektrik, JakJazz juga akan mengundang mereka yang memang masuk dalam tema tahun ini yakni ‘Jazz Tekhnotronik Experience’. Nantinya akan banyak penampilan yang akan memukau para penonton yang hadir.

Baca Juga

“Kita lebih baik vakum daripada hanya sekedar menampilkan hiburan saja. Karena JakJazz selalu tampil dengan misi. Setelah diskusi cukup panjang itu, ternyata founder meninggal di 2016. Dalam masa berkabung, kemudian kita berkumpul lagi di belakang layar bersama teman-teman musisi, dan sama teman-teman yang lain, bahwa yuk harus jalanin lagi,” papar Chairman Jakarta International Jazz (JakJazz) Festival 2020, Tommy Maulana saat ditemui seusai konferensi pers Kick Off JakJazz di The Tribrata, Jakarta Selatan.

Alasan vakum juga bukan seperti yang disebut selama ini karena kekurangan dana, tetapi lebih kepada tujuan yang belum ditemukan saja. Dan selama kehadiran JakJazz di Indonesia, sempat terbersit rasa stagnan dalam setiap gelaran JakJazz.

Sebelumnya, JakJazz selalu berubah-ubah. Dari 1988, lalu ada sedikit listing konsep di 1990an, kemudian 2008 comeback lagi listingnya. Dan setelah itu baru terasa agak stagnan, karena JakJazz merasa tugas mereka telah selesai yakni mendorong Indonesia untuk mempunyai beberapa puluh gelaran jazz Indonesia.

“Dan dulu kami itu diundang sama teman-teman organizer lainnya. Dan konser jazz Indonesia banyak yang lahir dari spirit of JakJazz. Kami mendorong beberapa jazz festival Indonesia yang sudah ada saat ini, lalu melahirkan musisi muda juga sudah kita lakukan,” kata Tommy.

Dengan festival kali ini, ia berharap ada recycle generasi, dari Ireng Maulana, ke Barry Likumahuwa, lalu ke anaknya, lalu ada Andien juga, setelah itu sempat agak stop figur-figurnya. Tapi sekarang potensialnya sudah banyak, seperti Demas Narawangsa, dan sudah saatnya mendorong mereka kembali, menggantikan yang sudah berjuang begitu lama.

Sebenarnya the next JakJazz sendiri sudah sempat dibahas ketika Ireng masih hidup. Tidak masalah jika JakJazz harus vakum cukup lama (sejak 2014), asalkan ketika akan ditampilkan lagi, JakJazz harus bisa memberi semangat dengan konsep baru.

Akhirnya setelah tertidur panjang dan bangkit lagi, diputuskanlah tema yang memfokuskan pada generasi berikutnya. Bukan hanya para pelaku industri saja, tetapi bagaimana evolusi musik jazz-nya sendiri, saat ini semua harus dikomunikasikan dengan baik apalagi dengan teknologi dan digital, maka dari itu tema yang diambil adalah ‘Jazz Tekhnotronik Experience’.

Meski temanya kekinian, dalam diskusi panjang untuk JakJazz Festival 2020 juga melibatkan para senior, dan mereka juga menyetujui bagaimana teknologi sangat berpengaruh juga dengan perkembangan musik. Ia menginginkan, JakJazz menjadi salah satu edukasi bagi anak-anak muda agar bisa mengerti bahwa jazz itu bukan yang rumit saja. Jazz juga bisa menyenangkan. JakJazz kali ini memiliki tujuan ke sana.

“Jadi JakJazz 2020 akan kita kurasi benar-benar siapa teman-teman muda yang punya karya yang bagus, spirit bagus, sehingga figur baru akan muncul di industri musik secara luas khususnya dalam musik jazz. Bahwa Barry Likumahuwa yang lainnya akan muncul, Andien yang lainnya akan muncul, tadi juga ditemani anak muda lainnya kayak Eva Celia dan Demas, lalu Cantika yang mulai ikut,” tutur Tommy.

Tampilan musik berbalut teknologi dapat dilihat dari para penampil yang mungkin nanti hanya berdua, tapi seolah mereka memainkan alat-alat musik bersama puluhan orang. Ada juga aplikasi-aplikasi software music tools yang dipakai dalam proses penciptaan karya para musisi.

“Jadi kalau nanti ngeliat Demas sama Greybox, nanti kayak mendengar dance tapi mereka sebenarnya cuma main berdua dan didukung oleh elektronik instrumen musik ini. Teknologi sudah berhasil membuat satu karya dapat dilakukan secara efektif, tidak melibatkan 20 orang untuk buat karya yang megah tapi bisa dilakukan hanya dua orang,” kata anak dari Founder JakJazz itu.

Spirit itu juga sudah mulai di adobe anak-anak muda, bukan hanya di jazz tapi di jenis musik lainnya juga. Perkembangan ini dicoba jalani bersama-sama agar ini menjadi satu hal yang kreatifnya punya kualitas juga, bukan berarti tampil berdua itu tidak berkualitas, karena ada proses di dalamnya.

Salah satu pengisi acara nantinya adalah Eva Celia, yang masih belum mau membocorkan apa yang akan ia nyanyikan. Apakah ia akan berduet dengan sang ayah, Indra Lesmana, yang juga menjadi salah satu penampil di JakJazz Festival 2020.

“Sebenarnya aku hanya bagian kecil, aku akan tampil di set-nya Demas Narawangsa dan Greybox. Ini kolaborasi antardua genre berbeda. Aku akan ada nyanyi beberapa lagu. Mereka masih mau workshop (belum ada konsep khusus). Ayah juga akan ikutan tapi saya belum tahu dulu konsepnya seperti apa,” ungkap Eva saat ditemui di kesempatan yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement