Sabtu 12 Oct 2019 00:27 WIB

Gemini Man Ketika Will Smith Bertarung Lawan Kloningnya

Film ini mengingatkan pada aksi Jean-Claude Van Damme di Double Impact (1990).

Rep: Thomas Rizal (cek n ricek)/ Red: Thomas Rizal (cek n ricek)
Will Smith
Foto: EPA
Will Smith

Ceknricek.com -- Siapa berani meragukan kehebatan akting Will Smith? Aktor Hollywood satu ini pernah mendapat predikat sebagai aktor pembawa keuntungan versi Majalah Forbes.

Bayangkan saja, menurut situs boxofficemojo.com, setidaknya 16 film dimana Smith berperan sebagai aktor utama atau pendukung, sukses meraih pendapatan lebih dari US$100 juta. Totalitasnya dalam menjalani peran juga turut mengantarkannya meraih dua nominasi Oscar kategori pemeran pria terbaik, yakni saat bermain di Ali (2001) dan The Pursuit of Happyness (2007).

Lantas apa yang lebih baik dari seorang Will Smith? Bagi produsen dan sutradara film Gemini Man (2019), jawabannya mungkin adalah dua Will Smith. Namun, apa yang menjadi hitung-hitungan matematis 1 + 1 = 2, ternyata tak selamanya berjalan seperti itu.

Apa yang menjadi barang jualan dari Gemini Man adalah kisah dimana Will Smith berperan sebagai Henry Brogan. Yakni lelaki tua pembunuh profesional yang harus bertarung dengan Junior, versi muda dirinya yang merupakan hasil klon dirinya.

Aslinya ide ini sangat menarik, apalagi perekaman film disebut-sebut menggunakan teknologi 120 fps yang dipadukan dengan mode 3D+. Ditambah lagi penciptaan Junior dilakukan menggunakan kamera khusus, yang memproses titik-titik buatan di wajah Will Smith versi umur 20-an secara detail.

Sayang, teknologi sempurna itu tak mampu mendukung plot cerita yang terlalu dangkal, dimana alur cerita bisa ditebak. Kalaupun ada kejutan, hal itu sudah bisa terduga. Bagi karya sutradara sekelas Ang Lee, yang telah mengoleksi 9 nominasi Academy Awards dan memenangkan 3 diantaranya (Crouching Tiger Hidden Dragon, 2000, Brokeback Mountain, 2005 dan Life of Pi, 2012), Gemini Man jelas gagal mengajak penonton untuk hidup dalam dunia fiksi ilmiah ini.

Naskah yang terlalu datar mengingatkan kita akan film-film 90-an. Asal tahu saja, konsep cerita film ini memang berasal dari Darren Lemke, yang awalnya ingin digarap oleh Sony Pictures dengan teknologi dari The Secret Lab, unit usaha animasi dari Disney di tahun 1997. Sayang, teknologi saat itu tak memungkinkan untuk menciptakan klon aktor sempurna dengan penggambaran komputer (computer-generated imagery atau CGI). Mungkin Lee tak banyak merubah cerita dalam Gemini Man dari konsep dasar tersebut.

Film ini mengingatkan kita kepada aksi peran ganda Jean-Claude Van Damme di film Double Impact (1990), bahkan saat itu Double Impact tidak perlu CGI yang terlalu canggih seperti Gemini Man. Jika dibandingkan dengan film bertema klon lainnya, seperti The Island (2005) atau film dimana jagoan berhadapan dengan versi dirinya yang lebih tua seperti Looper (2012), maka dua film terakhir itu lebih enak untuk dinikmati.

Lee seperti kehilangan arah untuk menentukan motif dari sang pembunuh senior, serta sang kloning yang belum tahu jati dirinya darimana. Sementara tokoh pendukung seperti Mary Elizabeth Winstead (Danny), Clive Owen (Clay) dan Benedict Wong (Baron) seolah terjebak di tengah-tengah kebingungan sang sutradara.

Teknologi de-aging seperti yang dilakukan untuk membuat versi Smith yang lebih muda juga sebenarnya bukan merupakan barang baru. Tahun 2008, teknik ini sudah digunakan oleh The Curious Case of Benjamin Button untuk membuat versi Brad Pitt yang lebih muda.

Begitu pula dengan Captain America: Civil War (2016) yang mempertontonkan versi muda dari Tony Stark yang diperankan oleh Robert Downey Jr. Bahkan di tahun ini saja, minimal ada empat film lain yang melakukan teknik serupa, yakni Captain MarvelAvengers: Endgame, It Chapter Two, dan The Irishman.

Kalaupun ada catatan positif, maka hal itu terletak pada adegan pertarungan. Beberapa aksi konfrontasi antara Henry dan Junior, termasuk adegan loncat-loncatan di atas atap, mengingatkan kita akan film legendaris Lee, Crouching Tiger, Hidden Dragon.

Masalahnya adalah adegan-adegan yang terselip antara aksi tersebut. Inovasi teknologi Gemini Man tenggelam dalam cerita klise tak berujung, plot twist standar, dan karakterisasi yang mudah dilupakan.

Gemini Man rencananya akan tayang pada 9 Oktober mendatang di bioskop-bioskop Indonesia. Proses screening sudah dilakukan pada Sabtu (5/10) untuk jadwal tayang midnight.

Pelajaran penting dari Gemini Man, film dengan efek canggih tetap harus menyajikan cerita yang menarik. Gemini Man masih layak disaksikan di layar lebar, tetapi sulit dikenang sebagai film yang menjadi tonggak sinematik CGI.

BACA JUGA: Cek BREAKING NEWS, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ceknricek.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ceknricek.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement