REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Indonesia memiliki beragam kuliner tradisional yang memanjakan lidah. Sebagai negara yang menghasilkan banyak rempah, cita rasa kuliner Indonesia tak diragukan lagi. Mulai dari makanan pembuka, hidangan utama, hingga makan penutup beraneka macam khas masing-masing daerah.
Kuliner daerah harus tetap lestari. Inovasi dan pengembangan kuliner harus terus dilakukan agar tidak bosan dan ditinggalkan dengan maraknya panganan luar negeri yang menyerbu. Kombinasi bahan pun menjadi kuncinya. Namun, sesuai namanya kuliner tradisional, ciri khas kelokalan harus tetap terjaga.
Keju. Olahan makanan dari susu ini memang tak asing lagi di telinga masyarakat. Saat ini ketenaran keju tak diragukan sebagai makanan kekinian. Olahan keju di berbagai makanan menjadi daya tarik sendiri yang mulai dikembangkan. Ternyata kuliner tradisional pun bisa dipadupadankan dengan keju yang terkenal berasal dari barat ini.
Sebut saja yang sudah familiar seperti martabak, kue cubit, pisang goreng, dan risoles. Ternyata bukan hanya kudapan saja yang bisa disajikan dengan keju baik sebagai bahan pelengkap atau utama. Makanan berat seperti soto, nasi gudeg, bubur ayam, hingga pempek pun bisa disajikan dengan cita rasa keju di dalamnya.
Panganan berbahan keju ini disajikan dalam Festival Kuliner Berbahan Keju yang diselenggarakan produsen keju Kraft di Kota Bandung, Sabtu (7/9). Dalam kegiatan ini disajikan 152 kuliner tradisional yang dipadupadankan dengan keju.
Sebut saja urap. Saat mendengar makanan urap, yang terbayang adalah sayuran yang direbus dengan tambahan kelapa di atasnya. Tapi ternyata makanan ini bisa dimodifikasi dengan keju. Enak, sudah pasti. Usaha kuliner ‘Betutu Lalah’ ikut mengkreasikan makanan khas Bali dengan bahan keju. Urap Kalas yang berarti urap santan dikombinasi dengan keju.
“Bahan utamanya biasanya diaduk dengan santan. Tapi santan ini kan mirip rasanya dengan keju sama-sama gurih. Kita kombinasi dengan keju sebagai pelengkapnya,” kata pegawai Betutu Lalah, Novi.
Berbagai padu padan kuliner Nusantara dengan keju.
Ia mengatakan dalam olahan ini kalas atau santan yang dipakai dikurangi kemudian ditambahkan keju cheedar. Agar tidak membuat rasa menjadi aneh, takarannya pun harus pas. Sehingga rasa santan juga tetap terasa.
Ia mengatakan baru-baru ini mencoba mengkombinasikan kuliner tradisional dengan bahan keju. Ternyata hasilnya tidak membuat cita rasa menjadi buruk, melainkan memiliki sensasi yang berbeda namun tetap dengan rasa lokal.
Selain itu, sate lilit yang biasa dihidangkan dengan sambal matah pun diinovasikan dengan keju. Sambal matah diganti dengan lelehan saus keju yang gurih nan nikmat.
“Keju juga kan cita rasanya gurih jadi sebenarnya enak saja dipakai di makanan apapun asal tahu takarannya,” ujarnya.
Pempek dengan kuah cuko yang segar pun tak ketinggalan ikut kekinian bersama keju. Bahan dasar ikan tengiri ternyata juga bisa bersanding dengan keju. Bukan sebagai taburan, keju dipakai sebagai tambahan bahan dasar pempek.
Restoran pempek yang cukup terkenal, Pempek Ny. Kamto juga memodifikasi keju sebagai tambahan cita rasa. Saah seorang penjaga stan di festival, Topa mengatakan berdasarkan testimoni pembeli kebanyakan mereka menyukai sensasi rasa keju di dalam pempeknya.
“Ada sensasi rasa gurih dari kejunya. Tapi tetap nggak ngilangin rasa si ikannya yang tetap ada,” ceritanya.
Rasa keju ini, kata dia, juga tidak mempengaruhi kuah cuko yang menjadi pelengkap panganan khas Palembang ini. Pemilik pun berencana menambah menu ini sebagai varian baru dalam bisnis kuliner yang sudah tersebar di berbagai kota ini.
Berbagai padu padan kuliner Nusantara dengan keju.
Senior Brand Manager Kraft Indonesia Yelly Erawan mengatakan keju memang tengah digandrungi dalam inovasi di bisnis kuliner. Beragam panganan pun ‘naik kelas’ dengan menggandeng cita rasa keju di dalamnya. Olahan kuliner tradisional pun dikatakannya bisa bersanding dengn keju tanpa menghilangkan rasa otentiknya.
“Kalau dibanding zaman dulu nggak kepikiran makanan ini campur keju, minuman campur keju. Tapi banyak sekarang. Ini menunjukkan makanan dan minuman selalu berevolusi,” kata Yelly.
Yelly mengatakan tak ada tips khusus agar penambahan keju di masakan tradisional ini tidak membuat rasa menjadi aneh. Menurutnya setiap lidah memiliki kecapan yang berbeda-beda.
Bagi pecinta keju, semakin banyak keju justru makin disuka. Begitupun sebaliknya. Namun menurutnya yang paling penting jenis kejunya yang perlu diketahui. Penggunaan keju yang bermacam-macam jenis harus disesuaikan dengan kuliner apa yang dibuat. Sebab masing-masing jenis memiliki keunikan rasa tersendiri.
Festival Kuliner Berbahan keju ini menjadi agenda rutin Kraft. Tahun ini kuliner tradisional menjadi tema untuk mengangkat sajian cita rasa lokal lebih dikenal lagi.
“Tujuan kita ingin menginspirasi masyarakat Indonesia bahwa kita ingin memperkaya warisan kuliner Nusantara caranya dengan aplikasi keju,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini ditampilkan beragam kuliner dengan campuran bahan keju. Mulai dari minuman hingga makanan ringan juga utama. Selain berburu kreasi kuliner keju, pengunjung Festival Kuliner KRAFT juga bisa memperkaya wawasan tentang kuliner lewat kegiatan seperti kompetisi kreasi makanan keluarga dan juga talkshow bersama food blogger. Melengkapi suasana malam, sajian musik pilihan dari Rendy Pandugo pun turut digelar guna membangun suasana dan memberikan kesan yang mendalam bagi para pengunjung.