Kamis 05 Sep 2019 17:23 WIB

Telanjur Idap Penyakit Kronis, Masih Bermanfaatkah Olahraga?

Pengidap penyakit kronis kerap mengira mereka tak lagi perlu berolahraga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Jalanan Jakarta Lengang warga berswa foto. Sejumlah warga berolahraga di  Jakarta Pusat, Jum’at (7/6).
Foto: Fakhri Hermansyah
Jalanan Jakarta Lengang warga berswa foto. Sejumlah warga berolahraga di Jakarta Pusat, Jum’at (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menderita penyakit tidak menular (PTM) seumur hidup bukanlah alasan untuk tidak berolahraga. Gerak tubuh yang aktif tetap diperlukan untuk mengontrol penyakit, bahkan bisa mengurangi dosis obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh pengidap penyakit jantung, diabetes melitus (DM), hingga tekanan darah tinggi (hipertensi).

"Olahraga bermanfaat buat tubuh dan kalau olahraganya tepat, sakitnya bisa terkontrol, bahkan mengurangi dosis obat yang harus dikonsumsi," ujar dokter spesialis kedokteran olahraga dr Zaini K Saragih SpKO dalam temu media memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2019 di Kemenkes, Jakarta, Rabu (4/9).

Baca Juga

Zaini mencontohkan, pengidap diabetes. Ketika terkena kencing manis, pengidapnya awalnya bertubuh gemuk kemudian menjadi kurus. Dengan rajin berolahraga, menjaga pola makan, dan tidak merokok maka bentuk badannya bisa kembali normal dan diabetes terkontrol.

"Artinya, meski menderita PTM seumur hidup, ketika terdeteksi sejak dini lalu mereka melakukan perubahan gaya hidup, yaitu makan sehat, beraktivitas fisik, dan tidak merokok maka penyakitnya bisa terkontrol," jelas Zaini.

Menurut Zaini, orang yang mengidap penyakit tidak menular kronis dan tidak mungkin disembuhkan pun masih bisa mendapatkan keuntungan dari berolahraga. Jumlah obat yang harus mereka konsumsi bisa berkurang atau dosisnya menurun seiring dengan perbaikan kondisi tubuhnya.

Zaini pun menyerukan agar pengidap penyakit tidak menular kronis untuk terus berolahraga dan melakukan perubahan gaya hidup . Sebab, kalau tidak dilakukan perubahan maka jumlah konsumsi obat bisa bertambah.

"Misalnya tahun ini mengkonsumsi satu macam obat dengan dosis 5 mg tetapi tidak berolahraga dan mengatur pola gaya hidup maka obat yang dikonsumsi bisa terus bertambah dan mengakibatkan gagal organ," kata Zaini.

Olahraga seperti apa yang cocok untuk pengidap PTM? Zaini menjelaskan, masyarakat dapat menyesuaikan pilihan olahraganya berdasarkan kemampuan dan perlu mengonsultasikannya ke dokter.

"Karena dokter yang  tahu kondisinya dan memberitahu olahraga apa yang tepat," katanya.

Zaini menjelaskan bahwa pengidap penyakit jantung pun masih boleh berolahraga. Akan tetapi, mereka harus didampingi tenaga medis. Tenaga kesehatan ini yang mengawasi cara olahraga para penderita gangguan jantung.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, PTM menjadi lima besar penyebab kematian tertinggi 2014. Rinciannya strok 21,1 persen, jantung dan pembuluh darah 12,9 persen, DM dan komplikasinya 6,7 persen, tuberkulosis dan pernapasan 5,7 persen, hipertensi dan komplikasinya 5,3 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement